Mohon tunggu...
Amang
Amang Mohon Tunggu... Lainnya - Hamba lokal

Mungkin menulis adalah jalan kedua setelah hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kakek Dibingkai

6 November 2021   08:05 Diperbarui: 6 November 2021   08:28 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kakaknya menunduk lalu menangis terisak-isak, dan ia merasakan peperangan baru saja akan dimulai.

"Tenanglah, kakek selalu bilang aku tak sendirian"

 Ia beranjak pergi meninggalkan rumah dan bingkai-bingkai asal muasal masa lalunya. Diantar oleh supir pribadi kakaknya, mobil melaju perlahan membelah angin malam menebas lampu-lampu kota menuju jalan taman. Ia menunduk menyiapkan segala resiko.

Taman sudah terasa sepi hanya gelap dan beberapa lampu di ujung jalan. Ia turun dan menyuruh supir pribadinya segera pulang. Angin dan gelap menenamani duduknya di bangku taman, matanya terjaga memandangi jalanan yang lekang. Beberapa menit terlihat orang dengan jaket hitam turun dari mobil hitam dengan lampu yang dimatikan. Langkahnya semakin mendekat, wajahnya terlihat jelas, wajah yang sering bicara ramah didepan TV dan orang-orang pasti mengenalnya, tingginya yang semampai memilih duduk disampingnya.

"Kau sudah pasti mengenal saya" ia membuka obrolan

"Dan tak usah dijelaskan. Apa tujuan kamu menyuruh saya datang ke sini?"

"Haha, anak muda sekarang terlalu serius bicara dengan orang tua"

"Orang tua itu bijak dan di hadapan saya bukan orang bijak"

"Haha, kau anak muda yang terlalu pemberani datang sendiri, suka menulis dengan prinsip, kau benar-benar berani di negeri ini. Orang-orang besar dan licik sedang mengincar mu, mereka sedikit ketakutan gara-gara tulisan mu yang seolah-olah memberi kekuatan pada kejujuran. Apa sih untungnya buat kamu?"

"Saya tak pernah sendiri dan ketakutan tidak ada yang sedikit dan pastinya tidak menguntungkan buat orang-orang seperti mu"

"Dan kau sebaiknya lebih hati-hati untuk hidup. Didunia ini biarlah berjalan sebagaimana mestinya ada kejahatan dan ada kebaikan. Dan kau tidak usah andil diantara keduanya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun