Dahulu, aku adalah anak manja yang selalu hidup dibawah naungan orang tua. Ketika sakit, orang tua selalu ada buat untukku. Namun, semua itu berubah semenjak aku memutuskan untuk pergi jauh dari jangkauan mereka. Saat itu adalah hari terberatku, diriku yang merupakan anak pertama dan satu - satunya anak perempuan yang mereka miliki berkeinginan untuk menerima beasiswa sekolah untuk jenjang SMA yang bertempat di Bogor, Jawa Barat. Dilema pun terjadi, orang tua tidak menghendakinya karena aku adalah anak yang rentan terkena penyakit.Â
Sama halnya dengan kebanyakan orang tua, mereka juga tidak ingin berjauhan dengan anaknya apalagi saat mengetahui ananknya memiliki penyakit kronis, guru pun memaksa agar menerima kesempatan itu demi mengharumkan nama sekolah, keluarga jauh dan para tetangga selalu mempergunjingkan hal ini dengan menyebarkan gosip yang tidak - tidak mengenai keputusan orang tuaku. Keadaan menjadi semakin runyam, aku yang saat itu berusia 15 tahun merasa amat tertekan dan bingung harus mendengarka.Â
Hal itu membuat stamina tubuhku menurun, fisik melemah dan terjatuh sakit sampai membuatku harus dirawat selama hampir dua pekan. Padahal dua bulan lagi aku akan menghadapi Ujian nasional. Sanak keluarga beserta orang tua pun kelimpungan menghadapi situasi demikian, dan jujur di lubuk hati yang paling dalam, aku ingin sekali jauh dari mereka agar tidak merepotkan mereka lagi serta ingin menjadi anak yang mandiri. Hingga suatu saat, Tuhan mengilhami kedua orang tuaku, dengan berat hati, mereka memberikan restunya untukku agar menerima kesempatan emas itu.Â
Hari demi hari telah berlalu, ayah dan ibuku berubah menjadi sosok yang sangat perhatian dan over protective. Aku memaklumi hal itu karena si Sulung ini akan segera meninggalkan kampung halamannya. Wejangan dan nasihat selalu diberikan untuk memenuhi ekspektasi mereka yang ingin anaknya menjadi tokoh yang hebat dan sukses di masa depan. Suatu ketika, ayahku menceritakan sebuah kisah inspiratif.
"Tahu tidak, sejak kecil, Ayah ingin sekali menjadi orang yang berguna bagi setiap orang. Terkadang, hati ini merasa malu karena tidak berhasil menggapai sang Pelangi yang sejak dulu diimpikannya."Â
"Jangan seperti itu Yah, Nisa bangga kok memiliki orang tua yang hebat seperti Ayah." ujarku menenangkannya.
"Wahh, kamu ini berlebihan sekali ya Nak." ia menghela nafas sejenak, lalu melanjutkan "Ayah berkata seperti ini agar kamu mau melanjutkan mimpi itu."
"Jangan sekedar menjadi orang pintar, jadilah orang yang bermanfaat. Buat apa jadi pintar kalau akhirnya hanya bisa membodohi orang yang lemah. Sejak dulu, Ayah sangat terisnspirasi oleh beberapa tokoh sukses yang berhasil merintis usaha mereka sehingga perusahaan itu layal disebut giant company."
"Kamu tahu? Perusahaan Sido Muncul adalah perusaahan yang patut diacungi jempol, selain menghasilkan obat obatan yang berguna, tanaman dan rempah rempah yang mereka tanam bermanfaat untuk keseimbangan ekosistem alam. Ayah ingin seperti itu, membeli lahan pertanian yang luas dan memanfaatkannya untuk kepentingan umat."
"Kan sekarang Ayah sudah melakukannya." Tanyaku heran.
"Itu semua tidaklah cukup. Ayah perlu berusaha lebih keras lagi dan ingin kamu melanjutkan mimpi itu. Buatlah khayalan yang hanya bisa dipikirkan itu menjadi kenyataan."
Ditengah perbincangan, ibu tiba - tiba menginterupsi pembicaraan kami.Â
"Sudah, hentikan dulu cakap - cakapnya."
"Ihhh, Ibu, Ayahkan hendak melanjutkan ceritanyanya."Â
"Sudah, Ayah lanjutkan lain waktu saja. Intinya kamu harus jadi pohoh yang rindang dan menghasilkan buah untuk sekitarnya. Jangan cuma jadi benalu ya."
"Nah, supaya pohonnya tumbuh subur, maka harus rajin dipupuk dan dirawat. Ini, jangan lupa diminum Tolak Angin Anaknya supaya penyakitmu tidak kambuh." ucapnya sambil menyodorkan sesachet Tolak Angin Anak.
"Gimana? Enak Kan. Harus rajin diminum ya karena TolakAnginBerkhasiatLebih." Tanya ibu kepadaku.
"Iya bu."
"Nanti lain kali diminum sendiri ya. Jangan suka diingatkan terus.Â
Lain halnya dengan ayah yang memberikan bekal lewat cerita, ibu malah memberikanku obat untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh. Keduanya memiliki peran penting dalam hidupku.Â
Tanggal 22 Juli 2016, aku memulai perjalanan hidupku tanpa didampingi oleh kedua orang tuaku. Dengan berat hati, mereka melepasku untuk mengarungi luasnya dunia ini sendirian. Diiringi dengan tangisan, ibu mengancam tidak akan berbicara padaku kalau sampai aku ketahuan sakit saat hidup di asrama nanti.
"Tut Tut Tut." bel kereta itu mengingatkanku agar segera menduduki kursi penumpang yang telah disediakan.Â
"Hati - hati ya Nak. Jangan lupa minum Tolak Angin mu!"Â
Selama perjalanaan, aku merasa mual dan pusing itu karena kondisi perut yang kosong. Dengan segera, aku mengambil satu sachet Tolak Angin untuk membantu menghilangkan rasa sakit. Setelah mengkonsumsi Tolak Angin, aku merasa lebih baik. Benar apa kata ibu, TolakAnginBerkhasiatLebih. Tidak hanya menghilangkan masuk angin, Tolak Angin juga mampu menghilangkan rasa lelah dan menjaga tubuh tetap sehat.Â
Hal ini telah dibuktikan melalui uji khasiat yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Perpaduan antara daun mint, daun cengkeh, madu, jahe dan adas  dapat meningkatkan Limfosit T (yang berhubungan dengan sistem imun) asalkan tidak dikonsumsi secara berlebihan. Jadi, kita tidak perlu khawatir, karena Tolak Angin telah terstandar oleh BPOM RI. Obat racikan hasil kepiawaian Ibu Rachmat
Sulistyo yang telah dirintis sejak tahun 1930 tersedia dalam beberapa jenis seperti Tolak Angin, Tolak Angin Anak, Tolak Angin Flu, Tolak Angin Care, Permen Tolak Angin yang dapat menemani keseharian kita.Â
Sampai saat ini, aku selalu menkonsumsi Tolak Angin setiap saat. Disaat lembur karena tugas menumpuk, se-sachet Tolak Angin menemani malamku. Biasanya, obat herbal tersebut kusajikan dengan air panas dan sedikit madu. Hasilnya, saat pagi hari stamina tetap terjaga dan nafasku menjadi lebih segar. Saat berpergian, aku membawa Tolak Angin sebagai penghilang penat dan mual serta Tolak Angin care untuk meredakan pusing.Â
Sekarang sudah dua tahun aku menjalani rutinitas tanpa kehadiran orang tua, kekhawatiran ibu hanya bualan semata. Berkat Tolak Angin, penyakit yang kuderita sudah tidak kambuh lagi. Jadi, bagiku Tolak Angin adalah wujud dari kepedulian dan kasih sayang ibuku (yang menuntutku untuk selalu sehat dan tidak sakit-sakitan). Terimakasih Tolak Angin, kehadiranmu membantuku untuk menjaga kepercayaan ibuku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H