Ditengah perbincangan, ibu tiba - tiba menginterupsi pembicaraan kami.Â
"Sudah, hentikan dulu cakap - cakapnya."
"Ihhh, Ibu, Ayahkan hendak melanjutkan ceritanyanya."Â
"Sudah, Ayah lanjutkan lain waktu saja. Intinya kamu harus jadi pohoh yang rindang dan menghasilkan buah untuk sekitarnya. Jangan cuma jadi benalu ya."
"Nah, supaya pohonnya tumbuh subur, maka harus rajin dipupuk dan dirawat. Ini, jangan lupa diminum Tolak Angin Anaknya supaya penyakitmu tidak kambuh." ucapnya sambil menyodorkan sesachet Tolak Angin Anak.
"Gimana? Enak Kan. Harus rajin diminum ya karena TolakAnginBerkhasiatLebih." Tanya ibu kepadaku.
"Iya bu."
"Nanti lain kali diminum sendiri ya. Jangan suka diingatkan terus.Â
Lain halnya dengan ayah yang memberikan bekal lewat cerita, ibu malah memberikanku obat untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh. Keduanya memiliki peran penting dalam hidupku.Â
Tanggal 22 Juli 2016, aku memulai perjalanan hidupku tanpa didampingi oleh kedua orang tuaku. Dengan berat hati, mereka melepasku untuk mengarungi luasnya dunia ini sendirian. Diiringi dengan tangisan, ibu mengancam tidak akan berbicara padaku kalau sampai aku ketahuan sakit saat hidup di asrama nanti.
"Tut Tut Tut." bel kereta itu mengingatkanku agar segera menduduki kursi penumpang yang telah disediakan.Â