"Assalamu'alaikum, Zahra pulang".
      "Wa'alaikumsallam. Kak, larut sekali pulangnya. Ini sudah pukul 10. Mamah mengkhawatirkan mu sampai ia tertidur di depan TV".  Spontan, Ikhsan, adik ku bertanya dengan raut wajah penasaran. Dia memberitahu bahwasannya Mamah telah menungguiku sore tadi. Aku menjelaskan masalah mengapa aku pulang telat dan sudah memberitahu Mamah tentang ini. Adik ku percaya dan ia kembali melanjutkan mengerjakan tugas sekolahnya.
...
      "Hai, Zahra. Kamu nggak bekerja hari ini?" sapa Brama.
      "Enggak Bram. Aku diberi jatah libur untuk hari ini dan besok." Jawab ku yang sedang asyik menyiram tanaman di depan rumah.
      Brama hanya tersenyum mendengar jawaban ku dan melanjutkan lari paginya. Kebiasaan Brama yang seperti Jailangkung atau datang sejenak lalu pergi membuat ku semakin heran padanya. Hampir setiap pagi ia melewati daerah komplek rumah dan menyapa seperti tadi.
      Tiba-tiba aku menemukan benda hijau dibawah selang air untuk menyiram tanaman. Aku berpikir bahwa itu daun ternyata secarik kertas yang berisi simbol senyum. Ini bukan kali pertama aku menemukan kertas berwarna yang berisi simbol senyum. Beberapa waktu lalu aku menemukan kertas dengan warna berbeda namun isinya sama.
...
      "Zahra, hei!"
      "Eh, Bella. Ada apa?"
      Bella adalah teman sebangku ku dari Sekolah Dasar hingga Menengah Atas. Ia menghampiri rumah ku dengan membawa surat undangan reuni alumni SD. Acara itu diadakan akhir pekan ini, tepatnya hari Minggu. Karena rasa penasaran, dengan sigap, aku langsung merampas undangan itu dari tangan Bella.