Mohon tunggu...
Muda Inspiratif
Muda Inspiratif Mohon Tunggu... Jurnalis - Memberikan Informasi positif kepada seluruh pembaca

Akun inspiratif yang memberikan informasi bermanfaat kepada para pembaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhir dari Sebuah Perbedaan

30 Januari 2018   18:20 Diperbarui: 30 Januari 2018   19:13 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Zella Dina B

"Kamu ini sudah malam belum tidur? Apa yang sedang dipikirkan Ra?" Tanya Mamah yang seketika mengejutkan ku. Mendengar pertanyaan tersebut aku hanya tersenyum dan menarik selimut untuk berpura-pura tertidur. Mamah mengusap rambut ku seraya mengkhawatirkan sesuatu. Begitu lembutnya sentuhan tangan seorang Ibu hingga membuat aku terlelap.

            Pagi ini aku berangkat kerja lebih awal karena harus mengerjakan nota ekspedisi yang masih berantakan. Ketika dijalan aku melihat sosok seperti Brama.

            "Zahra, tumben pagi sekali kamu sudah pacaran sama sepeda? Pasti belum mandi ya kan?! Haha..." Brama memang suka meledek ku kapan saja dan dimana saja. Sebenarnya aku kesal jika harus bertemu dengan dia tetapi bagaimana pun dia teman terbaik ku semenjak Sekolah Dasar.

            "Aku sedang buru-buru Bram, ada hal yang harus aku kerjakan. Minggir!!!" Jawabku geram. Dia hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.

...

            Atasanku memberi ku lemburan nota yang masih menumpuk, dan harus diselesai hari ini pula. Cukup melelahkan. Namun apa boleh buat? Jika aku menolaknya maka konsekuensinya aku akan di PHK. Itu tidak boleh terjadi. Rencana kuliah yang aku dampakan di tahun depan membuatku harus lebih serius bekerja keras, apapun tantangannya.

            "Kring...kring" suara dari ponselku menandakkan pesan masuk.

            Ternyata pesan dari Mamah, menanyakan mengapa aku belum sampai rumah. Untuk meredam kekhawatirannya, aku bergegas untuk membalasnya.

            Mamahku memang tipe yang protective kepada anak-anaknya. Namun hebatnya, ia tak memberi batasan apapun. Namun ia berpesan untuk selalu menjaga pergaulan dan tidak menggugurkan kewajiban beribadah.

...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun