Alhasil, persatuan mulai tumbuh, kaum priyai dan intelektual yang dulu hanya jadi babu koloni, semenjak berorganisasi, mereka semakin berani bersuara, menuntut keadilan juga kemerdekaan seutuhnya. Memang butuh waktu lama menuju kemerdekaan, hingga akhirnya Soekarno dan Hatta pada 17 agustus 1945, mempertegas pada dunia, bahwa Indonesia sudah merdeka dari penindasan.
Setelah Indonesia merdeka, Soekarno memperingatkan,“perjuanganku lebih mudah kerena mengusir penjajah, tapi perjunganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”. Benar saja, rezim Soeharto tidak kalah beringas dari kolonial Belanda dan tidak lebih serakah dari penjajahan Jepang.
Anak Laut: Sosok Soeharto selalu menjadi polemik, Memang apa saja yang sebenarnya terjadi saat orde baru?
Kak Zami: Selama 32 tahun Soeharto berkuasa, keran liberalisasi dibuka besar-besaran, kapitalisme mengakar kuat, oligark mencengkram demokrasi, organisasi pemuda didikte, TNI dan Polisi mengempur masyarakat sipil dan kampus hanya mampu mencetak ilmu yang mengabdi pada pemerintahan.
krisis moneter pada bulan juli tahun 1997 menjadi titik didihnya, masyarakat merasa terancam, kelaparan dan kekacauan mulai membuat amukan sosial. Ditengah kisruh politik, semua menginginkan dan sepakat Soeharto harus tumbang dari kekuasaannya. Akhirnya pada tanggal 21 mei 1998, Soeharto menyatakan undur diri dari panggung politik, walaupun dinastinya masih berpengaruh dan merajalela dipemerintahan Jokowi saat ini.
Anak Laut: Jadi apa yang didapat masyarakat Indonesia dari Reformasi?
Kak Zami: Reformasi memang membuka pintu demokrasi, ratusan bahkan ribuan organisasi bermunculan diseluruh nusantara. Setiap elemen bangsa merayakan kemerdekaan dari rasa takut. Organisasi menjamur lebih cepat pada era refomasi ketimbang organisasi yang tumbuh di era kolonial.
Bila dulu organisasi dibentuk untuk melawan koloni, dizaman orde baru organisasi sembunyi-sembunyi untuk menyuarakan aspirasi, pada era reformasi dan saat ini, justru sebagian organisasi dibuat untuk mencari proyek disana-sini. Kritik terhadap pemerintah kadang hanya soal pembagian kue yang tidak adil.
Ini dapat dilihat dari maraknya kasus korupsi dikalangan organisasi masyarakat maupun kepemudaan. Bila dahulu, korupsi dan nepotisme terkonsentrasi. Saat ini, siapa saja bisa berkolaborasi dengan aparat atau oknum di pemerintahan untuk bagi-bagi “rezeki” hasil keringat rakyat, korupsi terdesentralisasi dengan baik, rapian tertata.
Anak Laut: Jadi, apa perbedaan organisasi yang dulu lahir di zaman koloni dan yang lahir di era reformasi?
Kak Zami: Beda dulu, beda sekarang. Organisasi pada zaman kebangkitan nasional, merupakan kunci membangun kesatuan. Sayangnya pada saat reformasi, organisasi kadangkala malah menjadi biangkeladi keributan, saling serang antar organisasi keagamaan, saling ancam antara organisasi kedaerahan, saling berebut projek antara organisasi kemasyarakatan, bahkan saling menjatuhkan antara organisasi kepemudaan.