Mohon tunggu...
Ana Flower
Ana Flower Mohon Tunggu... Penulis - seorang yang ingin selalu belajar

Ana Rohana, hobi: menulis, cita-cita ingin menjadi penulis terkenal, kepribadian saya seorang introvert tetapi apabila sudah dekat dan nyaman selalu rameh . lahir sumatera selatan 01 maret 1990

Selanjutnya

Tutup

Kkn

Prahara di Pagi Hari

30 Juni 2024   11:11 Diperbarui: 30 Juni 2024   11:24 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prahara di pagi hari

Penulis : Ana Rohana

 

 

Minggu, 23 Mei 2014 adalah hari pembekalan mahasiswa sekolah islam Raudhatul Ulum Saktiga Indralaya. Lebih kurang 100 mahasiswa dan mahasiswi ikut pembekalan KKN di Wisma Abu Ayyubi Al-Anshari Raudhatul Ulum. Dari seratus kelompok tersebut dibagi menjadi lima kelompok, jadi setiap satu kelompok ada  dua puluh orang.

Kulihat banyak mahasiswa sudah berkumpul disana. Datang setikit terlambat karena ada kemacetan jalan katanya ada mobil yang menabrakan diri ketiang listrik. Tajut ketinggalan proses pembekalan. Untungnya pembekalan baru saja dimulai. Diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an oleh seorang hafidz terbaik di kampus ini. 

lalu disambut pembukaan  ketua panitia baru dilanjut  pengarahan dari ketua pimpinan  yaitu Ustadz Husnul Amin, Lc. Banyak nasihat ia sampaikan kepada mahasiswa-mahasiswi yang akan mengikuti kuliya kerja nyata (KKN). Barulah setelah pengarahan pengumuman tempat yang akan dituju untuk pengabdian ke masyarakat. 

Ada beberapa desa menjadi target untuk di datangi, salah satunya adalah desa teluk jaya kabupaten muara enim. Desa ini terletak kecamatan kelekar kabupaten muara enim yang dulunya termasuk kedalam wilayah kecamatan gelumbang. Dengan kepadatan penduduk lebih kurang 1427 jiwa, yang mayoritas  mata pencariannya adalah petani. Desa inilah yang kelompok kami akan tuju sebagai tempat pengabdian terjun langsung ke masyarakat.

Selesai dari pembekalan, eksekusi terjun langsung kelapangan satu minggu lagi. Karena harus mempersiapkan diri terlebih dahulu, dan mengurus surat izin.

Tibalah hari yang ditunggu-tunggu yaitu hari pemberangkatan menuju desa tersebut, berhubung kelompok kami ada beberapa yang tinggal di daerah Tanjung batu Kabupaten Ogan Ilir, maka keberangkatan menuju desa tujuan lewat desa ini, walaupun sebenarnya bisa juga lewat dari arah jalan nasional. Tetapi rombongan KKN ingin berangkat dari jalan pintas saja. Selain lebih dekat dan juga perjalanan bisa dinikmati dengan memakai mobil pick up saja.

Salah satu alasan memaki pick up, selain murah sewanya, juga banyak muatan penumpang bisa lebih dari sepuluh orang beserta barang-barang yang dibawah. Kelihatan menumpuk tapi dibawah asik aja.

"guys, kita langsung ke rumah pak kades atau ke balai desa dulu."tanya taslima.

"kayaknya langsung ke rumah pak kades dech mbak, setelah itu baru pembukaan ke balai desa."jawab ana yang dari tadi diam saja sambil menikmati angin berhembus bebas sepanjang jalan.

Melewati beberapa desa dan kebun tebu membuat hati sedikit tegang apalagi di mobil ini hanya satu laki-laki yaitu sopir saja sedangkan semuanya adalah perempuan. Kebun tebu yang luas berhektar-hektar dulunya dibuka ketika zaman presiden ke dua yaitu pak Suharto. 

Karena dulu sangat sulit sekali disumatera selatan mendapatkan gula dan setelah diteliti tanahnya. Daerah ini layak untuk berkebun. Makanya pemerintah membuka hutan besar-besaran untuk lahan berkebun tebu . Jadilah daerah ini memiliki kebun tebu terbesar di sumatera selatan sampai sekarang.

**

Setelah sampai di desa yang dituju, mereka langsung menuju ke rumah pak kades. Disana disambut dengan baik serta hangat. Karena banyak anggota, jadi dibuatlah dua posko. Posko 1untuk para laki-laki dan posko dua untuk perempuan.

Malam itu ketua mengumpulkan seluruh anggotanya untuk mempresentasikan program yang akan dilakukan selama satu bulan kedepan. Salah-satu agendanya adalah mengunjungi setiap sekolah yang ada di desa itu. Dari jenjang TK sampai SMA.

Untuk mengawali hari pertama kegiatan Kuliya Kerja Nyata ini,terlebih dahulu mengejarkan agenda awal yaitu membersihkan masjid Al-Abror yang terletak ditengah desa, tidak jauh dari posko. Semua bergotong royong membersihkannya. Dari yang membersihkan dalam masjid sampai diluar masjid. "masjid ini kotor sekali, seperti tidak pernah dibersihkan saja. Padahal di tengah desa" ujar pak Adin. 

Pak Adin adalah orang yang paling tua di kelompok, baru setelah itu pak Alimi. Berhubung pak Alimi selalu memakai gamis dan bersorban  jadi kelihatan lebih tua, maklum saja dia merupakan kelompok Jama'ah Tabliq (JT) salah satu orang tertinggi dalam kelompok tersebut. Lain halnya pak Adin walaupun dia paling tertua diantara mereka tetapi dia kelihatan muda. karena sering berbaur dengan anak muda dan ramah pada setiap orang serta dalam berpakaianpun tidak ketinggalan, selalu mengikuti perkembangan zaman.

"benar pak, aku setuju kata bapak. Memang kotor masjid ini. Dengar-dengar masyarakat sekitar sini sangat jarang sekali memakmurkan masjid, kecuali hari jum'at saja. Selain itu masjid ini tidak ada marbot lagi." jawab Nova

"kalau remaja masjid gimana Nov, ada tidak?" tanya Halim sambil kerja mencabuti rumput disamping mereka bertiga.

"tidak ada juga. Makanya rencanaku malam kamis nanti kita kumpulkan pemuda-pemudi disini melalui ketua karang taruna untuk mengumpulkan mereka."papar Nova

"ide yang bagus Nov!"respon pak Adin dengan antusias menanggapi ide cemerlang dari Nova. Sedangkan Halim nampak setuju juga. Dan ia pun ikut mengaminkan juga.

Hari semakin sore. Matahari mulai menampakkan senjanya. Langit menguning menandahkan sebentar lagi magrib, menandahkan hari ini akan berakhir. Seluruh mahasiswi perempuan sudah duluan pulang ke posko. Mahasiswa laki-lakipun segera beranjak dari masjid menuju posko mempersiapkan diri untuk melakukan kegiatan selanjutnya yaitu solat berjama'ah di masjid Al-Abror ini.

**

"woiiii.....siapa yang masak nasi goreng ini?" teriak Ica dari meja makan sambil melepehkan kembali nasi goreng kedalam piring.

"kenapa si ca, pagi-pagi kok sudah teriak-teriak, masih pagi lo, malu sama pak kades!"gerutu Taslima sambil membawa sepiring gorengan bakwan sayur dari dapur.

"hehe..siapa yang masak nasi goreng ?, ngga tahu apa kalo nasinya sudah basi."

"tu na rombangan Dewi yang masak, ayuk cuma bagian naro' makanan di meja makan saja." jawab Taslima sambil merapikan makanan di meja. Sesuai peraturan jika sudah jam tujuh pagi semua anggota harus turun ke ruang makan. Untuk makan bersama. Di desa ini penduduknya hampir 90 persen semuanya petani. Tetapi yang paling banyak adalah petani karet. Walaupin rata-rata petani karet, mereka juga suka menanam sayur. Selama berada di desa ini tidak pernah kekurangan sayur. Setiap hari ada saja warga mengasih sayuran.

"ooalaa......mereka tahu ngga si kalo nasi yang dibikin ini basi?, mau bikin orang keracunan semua apa. hahahaha...."tawa Ica pecah ketikamendengar jawaban dari taslima. Soalnya, mereka tahu kelompok piket yang tidak bisa diandalkan dalam hal masak memasak iyalah kelompok ini. 

Kelompok ini berjumlah empat orang, semuanya tidak bisa. Belakangan ketahuan mereka tidak bisa memasak ketika adanya acara layar tancap di depan posko bersama masyarakat. Mereka berempat selalu melakukan kesalan setiap kali disuruh, misalnya disuruh mengambil laos yang datang kunyit, gula yang datang garam. Akhirnya untuk menyelamatkan rasa tanggung jawab dan kemandirian, mereka berempat dijadikan dalam satu kelompok piket masak.

"masa' si ca, nasinya basi. Perasaan mereka bikin kek meyakinkan bannget gitu lo". ujar Taslima

"benaran coba kamu cicip dulu nasinya.basi ngga?" suruh Ica

"khuaaaa'....anjir ini nasi basi",

"hei...Dewi, Dela, Husnul sini sebentar!"panggil Taslima

"kenapa si yuk,?" sambil jalan mereka menuju meja makan

"coba cicipin nasinya" perintah Taslima

Dela menyipi nasi yang terhidang di meja menggunakan sendok pemberian Taslima. Lalu dengan percaya diri ia mencicipinya. Alangkah terkejutnya ia ketika memakan nasi tersebut, ada rasa yang tidak berkenan dalam mulut. Lida menolak makanan yang masuk kedalamnya. Karena ada rasa asing menguruak disana.

"Ueeek......ngga enak." katanya sambil memuntahkan ketisu pemberian Ica yang selalu siap siaga.

Melihat expresi dela seperti orang tersiksa, mereka tertawa terbahak-bahak, seolah-olah bahagia melihat penderitaaan orang lain. Memang konyol sekali, sebegitunya mereka tidak tahu kalo nasi itu sudah basi. Semestinya tidak perluh dimasak.  

 hari itu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi semuanya sudah berkumpul untuk sarapan. Nasi goreng jadi menu utama tidak jadi dihidangkan karena basi. Digantikan dengan gorengan serta air kopi saja. Pagi yang miris sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun