Mohon tunggu...
Ana Fauzia
Ana Fauzia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menghapus Mendung di Wajah Vera

25 November 2021   09:31 Diperbarui: 25 November 2021   09:47 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Vera adalah gadis desa yang selalu penuh semangat dalam hidupnya. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya. Ia hidup dalam kehangatan dan kesederhanaan. Ia mempunyai tiga orang sahabat, namanya Rani, Tika, dan Rita. Mereka adalah tiga sahabat yang selalu menemaninya, dipertemukan sejak duduk di bangku SMP. Bahkan kini ketika memasuki masa SMA, kebersamaan mereka tidak pernah berubah. Seperti kebanyakan remaja di luar sana, kisah hidup Vera juga tak selamanya berjalan mulus. Namun ya begitulah kehidupan, justru akan menjadi masalah dan tanda tanya apabila dalam hidup tidak pernah ada masalah sama sekali bukan? Dan di tengah persoalan-persoalan yang Vera hadapi, sahabat-sahabatnya senantiasa memberikan dukungan dan semangat.

Hari yang tak pernah terbayangkan oleh Vera justru menghampirinya. Ketika memasuki semester 2, Vera justru dihadapkan dengan masalah kedua orang tuanya. Kehangatan yang tadinya menyelimuti hari-hari Vera berubah menjadi kesunyian, semangat yang tadinya selalu memancar di wajah Vera kian memudar. Banyak tekanan yang ia rasakan, masalah yang ada hanya sekedar dipendam, ia hanya diam saja, bahkan sahabat-sahabatnya juga tidak tahu masalah yang ia alami.

Akibat masalah yang dialaminya, banyak mata pelajaran yang ia lewatkan, tugas telat dikumpulkan, hingga tidak ada semangat untuk melanjutkan sekolahnya. Keesokan harinya ia pun diminta untuk menghadap ruang BK dan diminta menjelaskan masalahnya.

"Tadi kamu dipanggil sama BK ya? Ada apa?" Tanya Rita dengan nada khawatir.

"Nggk ada apa-apa. Cuman persoalan tugas kok, soalnya akhir-akhir ini aku sering terlambat mengumpulkan tugas dari beberapa mata pelajaran." Jelas Vera

"Ada apa memangnya? Tidak biasanya kamu terlambat mengumpulkan tugas." Sambung Tika.

"Iya, soalnya aku tidak paham dengan beberapa meteri yang diajarkan." Jawab Vera.

"Ve, harusnya kamu itu kalau nggak paham, ngomong sama kita. Jangan pusing sendiri, atau kamu kan juga bisa nanya sama guru mata pelajaran yang bersangkutan. Ya sudah, kamu harus lebih fokus lagi ya, ada kita-kita kok." Ujar Rani.

Menjelang pembagian hasil tengah semester, tiba-tiba Vera diminta untuk menghadap ruang BK keesokan harinya, sebab ada tugas yang belum ia selesaikan. Ia tentunya terkejut dan menangis karena merasa tidak kuat menahan masalah yang dihadapinya, terlebih persoalan keluarganya. Vera pun lekas mengabari ibunya bahwa besok dia diminta untuk menghadap ruang BK. Mendengar kabar itu, ibu Vera sontak terkejut sebab Vera memang dikenal sebagai anak yang rajin dan pintar.

Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, bintang-bintang seolah-olah sembunyi di balik pekatnya awan. Vera beranjak dari tempat tidurnya dan menghampiri ibunya yang sedang duduk di depan teras.

"Ibu, sudah malam. Ngapain duduk di sini, nanti masuk angin loh, ayok masuk!" Ucap Vera sambil menarik tangan ibunya.

"Nak, kamu tahu nggak kalau awan itu adalah kumpulan massa yang terdiri dari tetesan air atau kristal beku yang ada di atmosfer, itu kenapa awan terlihat putih dan halus seperti kapas. Tapi jangan salah, awan juga bisa menjadi gelap dan tampak mengerikan ketika dipandang." Ujar Ibunya sambil mengajak Vera duduk di sampingnya.

"Maksudnya gimana Bu?" Tanya Vera sambil kebingungan dengan apa yang dikatakan ibunya.

"Awan itu adalah uap air yang mengumpul Nak, setelah penuh ia akan menumpahkannya ke bumi. Maka begitu pula dengan manusia, ketika manusia sudah tidak kuat menahan beban dan kesedihannya, ia pun tak sadar bila air matanya meleleh membasahi pipi." Ucap ibunya dengan nada sedih.

"Ya sudah, ibu cepat masuk gih. Sebentar lagi awannya sudah mau menumpahkan airnya. Tuh lihat, awannya sudah sangat gelap dan tampak mengerikan, sampai-sampai bintang nggak berani buat menampakkan diri." Canda Vera kepada ibunya, supaya ibunya tidak larut dalam kesedihan.

Melihat ibunya yang sedang bersedih, ia pun tidak tega apabila harus menceritakan masalah dan unek-uneknya yang sudah lama ia pendam. Keesokan harinya, sepulang dari sekolah Vera diajak oleh sahabat-sahabatnya untuk mengerjakan tugas bersama di rumah Rita. Ketika dalam perjalanan menuju rumah Rita, Vera ditanya kembali oleh sahabat-sahabatnya kenapa hari ini ia kembali dipanggil oleh BK. Namun Vera tetap tidak mau menceritakan masalah yang sebenarnya.

Sesampainya dirumah Rita, seperti biasa Vera dan sahabat-sahabatnya disambut dengan sangat baik oleh orang tua Rita. Melihat bagaimana kehangatan dan keharmonisan keluarga Rita, Vera pun tiba-tiba mengeluarkan air mata.

"Kamu kenapa Ve? Kok tiba-tiba nangis?" Tanya Tika.

"Nggak kenapa-kenapa kok, seneng aja kita kumpul di sini seperti biasa." Jawab Vera berusaha menyembunyikan masalahnya.

Sikap Vera yang tidak biasanya membuat sahabat-sahabatnya tidak percaya, dan tahu bahwa ada sesuatu yang dipendam oleh Vera belakangan ini.

"Ada apa? Jangan bohong, kita kenal bukan seminggu dua minggu. Cerita sama kita, jangan dipendam sendirian!" Ucap Rita sembari mengambilkan tisu untuk Vera.

"Aku minta maaf, sebenarnya ini tidak seharusnya kuceritakan. Tapi aku tidak tau lagi harus menceritakan masalah ku ke siapa. Sebenarnya alasan mengapa aku sering terlambat mengumpulkan tugas adalah karena memikirkan masalah keluargaku, makanya aku tidak bisa fokus dengan pelajaran-pelajaranku." Jelas Vera kepada sahabat-sahabatnya.

Mendengar hal itu, Rani memberikan semangat kepada Vera, "Kalau memang masalahmu adalah persoalan keluarga, maka kamu harus bangkit seperti dulu lagi. Jangan sampai karena masalah keluarga, pendidikanmu jadi hancur. Tentu bukan ini kan yang orang tuamu inginkan?"

"Bener Ve, kadang saat-saat tersulit sering kali mengarah pada momen-momen terbesar dalam hidupmu. Bukankah sebentar lagi kamu juga harus persiapan untuk kontes musik tingkat nasional? Jangan sampai masalah ini jadi beban buat kamu. Ketika kamu berhasil mencapai sesuatu dengan penuh kerja keras dan rintangan di setiap jalan yang kamu lalui, maka di sanalah kamu benar-benar menjadi orang yang berhasil." Pungkas Rita menyemangati Vera.

Setelah mengerjakan tugas, mereka pun pulang karena tak terasa bahwa senja mulai mengalah pada malam. Sesampainya dirumah, Vera memikirkan apa yang disampaikan sahabat-sahabatnya. Apa yang dikatakan sahabat-sahabatnya itu membuatnya semangat lagi dan berusaha untuk bangkit. Justru karena ia tahu bahwa orang tuanya sedang bermasalah, pikirannya mulai terbuka bahwa ia tidak boleh menambah beban dan menjadi masalah bagi orang tuanya. Baginya, yang terpenting sekarang adalah bagaimana tetap menjadi anak yang bisa membanggakan kedua orang tuanya, terlepas bagaimana kondisi orang tuanya sekarang yang sudah tidak bersama lagi. Dalam hatinya, ia bertekad untuk belajar lebih dewasa dalam menghadapi setiap masalah, sebab tidak ada berlian yang terlahir tanpa gesekan atau masalah. Baginya, usia itu adalah angka, tua itu pasti, tetapi dewasa adalah sebuah pilihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun