N: Mbah Suti ga berani nyebrang dek, biar saya ikut angkot ini saja, mbah takut menyebrang jalan ini, temennya Truk dan Tronton semua, motorpun jalannya ga tahu aturan. Saya menyeberang ikut angkot ini, dia kan nanti nyebrang di Ngesrep, biar saja mbah ini bayar 2x yang penting mbah bisa menyebrang.
A: Kan di sana bisa minta tolong orang untuk menyeberangkan mbah? Mengapa mbah tidak minta disebrangkan saja?
N: Ah, mbah takut, langkah mbah sudah pelan, mata mbah yang satu sudah burem parah.
[caption caption="Rute bolak balik Mbah Sutilah"]
Bisa dibayangkan, mbah Sutilah ini mengeluarkan 2 kali ongkos angkot hanya untuk bisa menyeberang jalan. Karena memang di Ngesrep angkot ini akan berputar dan menempuh rute yang sama. Nenek ini berinisiatif mengikuti angkot karena nanti dia bisa turun tepat pada gang yang ada di seberang jalan tadi.
Sebagian besar kita selalu berkata, “Mana anaknya?” “Anaknya tidak tahu diri.” dan lain sebagainya. Anak dari mbah Sutilah ini ada dua, semuanya bekerja di luarkota, mempunyai title sarjana, serta selalu tidak lupa memberi uang pada ibunya (berdasarkan cerita di angkot setelahnya), bahkan mbah Sutilah sedih, dia bercerita bahwa anak perempuannya yang merupakan Istri dari salah satu anggota kesatuan Polri pernah ditabrak mobil saat mengendarai sepeda motor, sehingga akhirnya dia harus dijahit di sepanjang betisnya.
Mbah Sutilah sendiri pasti rela jika tidak ditemani anak-anaknya, karena mereka sudah sukses sekarang. Tidak mungkin jika anak-anak mbah Sutilah, terutama yang laki-laki harus berhenti bekerja demi mengurusi ibunya, apa kata orang, pasti orang akan mencemooh dia dan mencap dia sebagai pengangguran yang tidak sukses. Serba salah.
N: Nduk, kamu benar-benar sopan, tidak seperti teman sebayamu yang tidak menghormati orang tua.
A: Tidak bu, bahkan bahasa jawa saya kasar ke ibu.
N: Sudah bagus dek, seharusnya banyak anak muda yang mandiri dan hormat sepertimu. Tidak mau merepotkan orang tua dengan naik angkot.
Begitulah kata-kata mbah sutilah di akhir pembicaraan, meskipun tidak nyambung dengan tema, tetap saja akhirnya mbah Sutilah harus membayar 2x tarif untuk menanggung biaya "menyeberangnya" itulah yang kupelajari dari Mbah Sutilah.