Mohon tunggu...
Amung Palupi
Amung Palupi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Seorang yang sedang mencari kesempatan dunia dengan melakukan hal yang bisa dilakukan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Budi dan Anggun

7 Mei 2024   03:58 Diperbarui: 7 Mei 2024   04:32 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sembari tertawa Anggun menaggapi Budi dengan mengatakan bahwa mereka juga lebih hina daripada penampil drama diatas panggung. Mereka harus rela mengakui penyimpangan yang dimiliki demi sedikit menghibur kalangan yang mengaku paling superior di negara ini.

Perselingkuhan, merendahkan martabat orang lain, memaksa bekerja hingga tak bisa beristirahat, tentu bagi Budi dan Anggun hal itu sangatlah buruk daripada yang mereka lakukan.

Tak lama kemudian, Anggunpun menuduh jika Budi adalah salah satu dari perundung yang ingin menjadi superior ditempat kerja, dan lagi -- lagi hanya dibalas dengan anggukan serta berujar bisa jadi pria tersebut memang sudah seperti itu tanpa disadari.

Lalu Anggun merendahkan lagi Budi dengan mengatakan jika pria itu tak lebih dari babi berjalan yang hanya mengandalkan nafsu untuk menjalani kehidupan. Tambah kesal saat pria tersebut hanya mengulangi hal sama yakni setuju serta anggukan.

Saat Budi berujar setidaknya hari itu mereka bisa bertemu serta saling berbincang dengan waktu cukup panjang, tatapan wanita ini hanya terpaku ke arah hiruk pikuk kepadatan kendaraan dikota sambil membalas "dasar berengsek".

Kemudian barulah wanita ini menambahkan jika terkadang manusia -- manusia hina seperti mereka memang perlu bertemu dan berbincang seperti sekarang. Tak perlu mengeluarkan uang banyak untuk mendapatkan perhatian dan tak perlu juga hingga mencari orang baru untuk berbagi sudut pandang. Sembari membereskan barang bawaan yang tergeletak diatas meja, keduanya pun berpisah dan tak berharap bisa berjumpa lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun