Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Penolakan Ahok Makin Gencar, Rizal Ramli Kian Diincar

21 Agustus 2016   14:13 Diperbarui: 22 Agustus 2016   22:09 3381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi/repro-desain: Abdul Muis Syam)

SOSOK Ahok kini makin gencar ditolak oleh warga dari berbagai penjuru kalangan, bukan hanya warga dari berbagai lapisan dan elemen masyarakat lainnya, namun sebagian besar elit-elit parpol (di luar parpol pendukungnya) juga dengan sangat tegas menyatakan menolak dan mengajak warga untuk tidak memilih Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

Penolakan warga terhadap Ahok sebetulnya sudah berlangsung beberapa bulan terakhir ini. Ada yang menyiapkan batu untuk mengusir Ahok bila berani berkunjung di daerah mereka. Ada juga yang terang-terangan membentangkan spanduk penolakan terhadap Ahok beserta komunitas “teman Ahok”.

Parahnya, bukannya mencoba mengambil hati para warga tersebut, Ahok malah makin memperlihatkan keangkuhan dan arogansinya, sehingga warga pun makin bertambah gencar menolak gubernur “estafet” DKI tersebut.

Sehingganya, pada Jumat (10 Juni 2016) RT/RW se-Jakarta pun kemudian membentuk Forum RT/RW. Forum ini mendeklarasikan Ahok sebagai musuh warga DKI Jakarta (RT/RW) karena sangat nampak kebijakan-kebijakannya banyak menyakiti rakyat kecil. “Kita ini satu visi, artinya menolak Ahok untuk menjadi Gubernur DKI lagi,” ujar Lukman Hakim selaku Sekjen Forum RT/RW.

Bukan cuma RT/RW se-Jakarta, para aktivis pergerakan pun membentuk “Forum Kampung-Kota”. Mereka bahkan telah merilis Surat Terbuka yang ditujukan kepada Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri untuk tidak memberi dukungan terhadap diri Ahok pada Pilkada DKI 2017.

Dalam surat terbuka tersebut, Forum Kampung-Kota menyampaikan keprihatinan, kekecewaan dan bahkan kemarahan atas kinerja serta arah kebijakan Ahok dalam mengurus Jakarta.

Menurutnya, Ahok bisa menjadi Gubernur DKI berkat dukungan Rakyat dan partai PDIP, namun ia mengkhianati rakyat dan partai pendukungnya. Kebijakan dan kinerjanya sebagai gubernur menghancurkan harapan rakyat dan bertentangan dengan nilai-nilai yang diperjuangkan PDIP, yaitu DEMOKRASI dan KEADILAN.

Forum Kampung-Kota mengurai, hanya dalam waktu setahun (2015), terjadi 113 kasus penggusuran paksa dan penuh kekerasan oleh Gubernur Ahok dengan 65 kali melibatkan TNI (padahal bertentangan dengan UU TNI). Dari penggusuran tersebut, terdapat 67% di antaranya dibiarkan tanpa solusi, dengan jumlah korban sebanyak 8.145 KK dan 6.283 unit usaha yang terdampak.

Dikatakannya, penggusuran tersebut membuat kualitas hidup rakyat jadi tambah memburuk. Mereka tak hanya kehilangan tempat tinggal, tetapi juga tempat usaha dan pekerjaan. Bahkan korban gusuran yang direlokasi di rumah susun pun mengalami proses pemiskinan.

Forum Kampung-Kota menyebutkan, dengan penuh arogansi, Gubernur Ahok menyatakan bahwa di tahun 2016 ia akan menggusur warga di 325 kampung dan jelang Pilkada akan lebih gencar lagi melakukan penggusuran. Dan jika ada yang berani melawan setiap kebijakannya melalui demo, Ahok justru mengusulkan agar mengisi water-canon dengan bensin untuk membuat jera para demonstran. Sungguh terlalu!

Dikatakannya, Ahok adalah penguasa fasis yang hanya mampu menghina dan menganiaya rakyat dengan penuh kebanggaan, seolah suara rakyat tak ada artinya bagi kekuasaannya. “Bukannya menyatukan kekuatan yg ada untuk bekerjasama membangun Jakarta, Ahok justru menciptakan konflik dan perpecahan di sana-sini, termasuk menggunakan isu SARA untuk mendapatkan simpati publik,” tulis Forum Kampung-Kota.

Selain dari warga beserta tokoh-tokoh masyarakat dan para aktivis lainnya tersebut, penolakan terhadap Ahok juga datang dari sejumlah elit-elit parpol.

Mantan Anggota DPR-RI dari PPP, Ahmad Yani mengungkapkan, bahwa masyarakat Jakarta ini sebetulnya suka dengan sosok pemimpin tegas. Namun, masyarakat Jakarta masih belum bisa membedakan, mana tegas dan mana kasar serta zalim. “Sedang pemikiran masyarakat agak terpecah tentang tegas dan kasar. Nah, Ahok itu tidak bisa dikualifikasikan tegas, tapi kasar,” ujar Ahmad Yani.

Yani dan Ahok sebelumnya sama-sama pernah duduk di ‎Komisi III DPR-RI pada periode 2009-2014. ‎‎”Saya dua tahun bareng Ahok di DPR, saya tahu betul bagaimana dia. Dia ini tidak jujur-jujur amat, tidak bagus-bagus amat, tidak ada kelebihannya,” ungkap Yani kepada TeropongSenayan, Jakarta, Senin (25/4/2016).

Yani pun menyinggung masalah reklamasi Jakarta. “Ahok ini koruptor sejati. ‎Memangnya gratis memberikan izin reklamasi? M‎ungkin betul dia tidak main APBD, ‎tetapi dia merampok lewat pengembang-pengembang itu,"” lontar Yani.

Jadi, kenapa Ahok ngotot rekamasi? Jawabnya, menurut Yani, adalah karena Ahok sudah dapat setoran yang angkanya sangat fantastis.‎ “Kalau proyek reklamasi ini dihentikan atau gagal, Ahok akan digorok rame-rame oleh para taipan,” ujar Yani.

Ahmad Yani pun meminta agar masyarakat DKI Jakarta dapat sebisa mungkin mendesak partai-partai politik untuk mencalonkan Cagub DKI Jakarta dari kalangan muslim. Dan mendesak agar Ahok segera dijadikan tersangka oleh KPK.

Hasto Kristiyanto selaku Sekjen PDI-P juga pernah memberi peringatan keras kepada Ahok yang kerap berbicara plin-plan, kasar dan berbau provokator. Sehingga Hasto meminta Ahok agar dapat disiplin berbicara dan jangan jadi pemimpin pemecah belah.

“Sebaiknya berpolitik itu kita melihat subtansi, berpolitik itu menyatukan. Kami berharap Pak Ahok berdisiplin berbicara,” kata Hasto di DPP PDI-P, Jakarta, Jumat (19 Agustus 2016).

Menurut Hasto, Ahok sebagai pemimpin harus berbicara dengan konteks kepentingan umum. Bukan untuk mementingkan kepentingan pribadi. “Beliau itu (Ahok) pemimpin, jangan bicara aku, tapi Indonesia kita. Jangan jadi pemimpin yang memecah belah,” lontarnya.

Terkait penolakan rakyat terhadap Ahok, juga dinyatakan oleh Plt. Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta, Bambang D.H. Ia mengatakatan akan memperjuangkan aspirasi masyarakat yang menginginkan calon gubernur asal bukan Ahok.

Aspirasi itu muncul dan “direkam” oleh 28 anggota Fraksi PDI-P DPRD DKI Jakarta ketika masa reses beberapa waktu.  Bambang menyebutkan, seluruh anggota fraksi PDI-P tersebut melaporkan bahwa pemilih mereka tidak menginginkan Ahok menjadi gubernur lagi.

Dan jika aspirasi serta suara pemilih itu diabaikan dengan nantinya PDI-P ikut mendukung Ahok, maka Bambang D.H dan para kader lainnya siap dipecat atau mengundurkan diri dari PDI-P.

Bahkan dikabarkan, apabila PDI-P pada akhirnya terbius juga mendukung Ahok, maka para kader PDI-P tak sedikit akan melakukan aksi bakar Kartu Tanda Anggota (KTA) secara massal.

Rencana aksi bakar KTA tersebut muncul, mengingat sejauh ini menurut informasi, sejumlah kader PDI-P telah menjadi “kaki-tangan” Ahok. Mereka saat ini terus berusaha membujuk Megawati Soekarnoputri agar ikut mendukung Ahok.

Pernyataan keras tentang kelicikan dan kebusukan Ahok juga diungkap oleh Ketua DPP PDI-P, Andreas H. Pareira yang menilai, bahwa semakin jelas kelihatan sosok Ahok yang sebenarnya dalam mencapai dan memburu kekuasaan.

Andreas menyebut Ahok adalah “kutu loncat” dari parpol satu ke parpol lainnya. Terakhir, katanya, belum sempat bereksperimen dengan jalur independen, Ahok sudah loncat lagi mencari dukungan dari parpol.

“Sekarang, konon dukungan dari tiga parpol, Ahok coba  mendekati PDIP yang sebenarnya setia mendukungnya selama 2012 sampai saat ini. Pola yang dipakai Ahok, mengadu domba, memecah belah antara kader dengan kader,” ujar Andreas.

Dengan track-record loyalitasnya yang buruk, political tricky-nya yang sangat licin, Andreas pun yakin, bahwa bukan hanya PDI-P yang perlu berpikir ulang untuk mengusung Ahok. “Namun, parpol-parpol yang sudah mendukung pun, perlu berpikir lagi untuk dukungannya kepada Ahok. Kalau tidak hendak menjadi korban pragmatisme Ahok,” pungkas Andreas.

Sementara itu, selain ulama-ulama PKB, elit-elit Partai Amanat Nasional (PAN) juga dengan tegas menyatakan penolakannya terhadap Ahok agar tidak dipilih pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

“Terkait dengan Pilkada DKI Jakarta, tekad BM-PAN sudah bulat akan memilih pemimpin alternatif. BM-PAN tidak akan memilih Ahok,” ujar Yandri Susanto dalam pidatonya pada Kongres ke-V Barisan Muda Penegak Amanat Nasional (BM-PAM), di Royal Hotel, Kuningan, Jakarta, Sabtu (20/8/2016). Kongres akan berlangsung hingga Senin (22/8/2016).

Tampaknya, anggota Komisi II DPR-RI itu seolah menegaskan bahwa BM-PAN tidak sepaham dengan karakter dan gaya kepemimpinan Ahok selama ini. Olehnya itu, BM-PAN menegaskan hanya akan memilih calon Gubernur DKI Jakarta selain Ahok.

“BM PAN hanya akan memilih pemimpin yang santun, tidak ugal-ugalan, tidak dzalim dan tidak menggusur rakyat,” lontar Yandri.

Sementara itu, dalam pengarahannya kepada seluruh kader BM-PAN, Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional, Amien Rais, terang-terangan menyerukan agar tidak memilih Ahok pada Pilgub DKI Jakarta 2017.

Bahkan, Amiien Rais menegaskan, bahwa sekalipun Ahok menjadi seorang muslim, Amien tetap bulat menolak Ahok. “Kita tidak memilih Ahok bukan karena agamanya, bukan karena rasnya. Ahok itu tidak boleh lagi jadi Gubernur karena dia itu beringas, dia bengis, dan hampir menyerupai bandit,” lontar Amien, di Jakarta, Sabtu (20 Agustus 2016).

Tidak cuma itu, Amien juga menyebut bahwa Ahok adalah bagian dari kepentingan global. “Jangan lupa dia (Ahok) adalah antek global. Bukan karena agama, bukan karena ras, tapi karena ini Gubernur sudah kelewatan,” tegas Amien lagi.

Senada dengan itu, Ketua Umum DPP-PAN, Zulkifli Hasan, juga meminta PDI-P hendaknya tidak mendukung Ahok. Permintaan itu dilontarkan Zulkifli kepada Sekjen PDI-P, Hasto Kristiyanto.

“Pak Hasto yang saya hormati, selalu komunikasi intens untuk kepentingan bersama, walaupun soal DKI, soal Jakarta, saya dengan Pak Novanto (ketum Golkar) tak sama. Tapi, saya yakinkan Pak Hasto jangan mempertaruhkan keragaman,” ujar Zulkifli seraya mengajak Hasto untuk tidak ikut-ikutan mendukung Ahok seperti yang dilakukan Golkar setelah Setya Novanto terpilih sebagai ketua umum.

Rizal Ramli Kian Diincar

Jika Ahok kini gencar mendapat penolakan, sosok Rizal Ramli justru kian diincar (diaspirasikan) dan kebanjiran dukungan dari warga di seluruh lapisan beserta para tokoh-tokoh masyarakat di semua kalangan, yakni untuk dapat segera maju bertarung pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

Dukungan terhadap Rizal Ramli itu bahkan sangat transparan dan murni dari rakyat, yakni di antaranya, kaum marhaenis nelayan, pedagang pasar, para buruh, intelektual (akademisi), pelajar dan mahasiswa, seniman, aktivis pergerakan, dan lain sebagainya.

Berikut adalah daftar sementara pihak yang telah menyatakan bertekad untuk bergotong-royong mendukung Rizal Ramli:

1. Jaringan Nasional Indonesia Baru (JNIB)
2. Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)
3. Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Jakarta
4. Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jakarta
5. Forum Kerukunan Nelayan Muara Angke
6. Korban Gusuran Taman Aquarium Pasar Ikan
7. Generasi Muda Kong Hu Cu
8. Pedagang Tanah Abang
9. 64 OKP di bawah KNPI Jakarta
10. Komunitas Jakarta Tanpa Tangis
11. Gerakan Jakarta Memanggil
12. Liga Pemuda Indonesia
13. Forum Aktvis Gerakan Mahasiswa 77/78
14. Persatuan Pemuda Minang se-Indonesia
15. Gerakan Relawan Orang (bentukan Ahmad Dhani)
16. Komunitas Tionghoa Anti Korupsi
17. Badan Musyawarah Masyarakat Betawi
18. Koalisi Perbaiki Jakarta
19. Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi Jakarta
20. Aliansi Gerakan Selamatkan Indonesia
21. Ikatan Keluarga Perantau Turawan (IKPT) Jaya --- (update)
22. Forum RT/RW se-DKI Jakarta --- (update)

Para pendukung yang terdiri dari organisasi maupun forum atau komunitas tersebut di atas, tentu saja meminta kepada partai-partai politik yang mengaku berpihak kepada rakyat, kiranya dapat bergotong-royong mengusung Rizal Ramli sebagai sosok yang layak memimpin Ibukota Jakarta karena memang amat didambakan oleh rakyat, terutama rakyat kecil.

Permintaan para pendukung tersebut, tentu saja adalah merupakan wujud untuk kembali menaruh kepercayaan kepada parpol-parpol yang selama ini dipandang hanya mementingkan selera sendiri-sendiri.

Terlebih lagi karena Pilkada DKI Jakarta 2017 dapat dipandang sebagai “kiblat” pertarungan politik di ajang Pemilu 2019 mendatang, maka tentu pada Pilkada DKI 2017 ini para parpol hendaknya segera berlomba-lomba untuk memperlihatkan kebepihakannya kepada rakyat secara nyata.

Marilah Saudara-saudara, hai saudara-saudara dari Djakarta, kita bangun kota Djakarta ini dengan cara semegah-megahnya. Megah bukan saja materiil, megah bukan saja karena gedung-gedungnya pencakar langit, megah bukan saja ia punya boulevard-boulevard, lorong-lorongnya yang indah, megah bukan saja ia punya monumen-monumen indah, megah di dalam segala arti, sampai di dalam rumah-rumah kecil daripada Marhaen di kota Djakarta harus ada rasa kemegahan,” ujar Presiden Soekarno dalam pidatonya pada HUT Jakarta ke-435, tahun 1962.

-----

SALAM PERGERAKAN PERUBAHAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun