Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ini Perbedaan Gaduh Rizal Ramli dengan Gaduh Jusuf Kalla

13 Maret 2016   11:28 Diperbarui: 13 Maret 2016   12:05 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Otoritas kekuasaan yang digunakan untuk kepentingan bisnis akan memunculkan kegaduhan. Di mana episentrumnya? Titik besarnya di Wapres,” ujar Masinton di sela konferensi pers Political Communication Institute di Jakarta, Minggu (20/12/2015).

Bahkan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pun sempat secara terang-terangan angkat suara menyindir JK terkait kegaduhan yang terjadi di pemerintahan. “Yang berantem sekarang kan bagiannya dari Pak Kalla. Dengerin ya pak,” kritik Ibu Mega dalam sambutannya pada acara Simposium Kebangsaan Refleksi Nasional Praktek Konstitusi dan Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, di Gedung Nusantara IV, di Jakarta.

Sebelumnya, mengenai kekacauan di tubuh Partai Golkar sendiri, mantan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Fadel Muhammad pernah menuding bahwa dalang yang membuat kisruh di Munas IX adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla yang dulunya pernah menjadi ketua umum partai. Menurut Fadel, JK tidak ingin Aburizal Bakrie (Ical) terpilih kembali menjadi ketua umum Partai Golkar.

Nah, jika ingin mencermati istilah kegaduhan yang ditudingkan pada diri Rizal Ramli maupun kegaduhan yang ditimbulkan JK dari awal hingga saat ini, maka sangat jelas perbedaan bentuk dan motif kegaduhan dari keduanya. Artinya, sangat beda kegaduhan Rizal Ramli dengan kegaduhan yang ditimbulkan oleh JK.

Olehnya itu, dengan mengetahui perbedaan tersebut, maka tak sedikit kalangan yang kini secara tegas meminta dan mendesak JK untuk sebaiknya segera mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Wapres sebelum benar-benar jatuh atas kegaduhan yang diciptakannya sendiri.

Tetapi apabila tetap bertahan sebagai wapres dengan tetap cenderung memanfaatkan jabatannya (kekuasaannya) untuk mendulang kepentingan bisnis sebagai pengusaha, maka JK dipastikan akan terus terlibat dalam kegaduhan-kegaduhan yang justru bisa mempengaruhi dan berdampak buruk terhadap diri Presiden Jokowi. Dan apabila ini terjadi, maka JK akan semakin kehabisan “energi” juga kehormatan dan kewibawaannya akan ikut menjadi kerdil, sekaligus “ramalannya” tentang Indonesia bisa hancur di tangan Jokowi akan benar-benar terwujud. Olehnya itu, dengan segala hormat yang masih tersisa, pak JK, segeralah mundur demi kebaikan Bangsa Indonesia!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun