Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Secuil "Biografi" Negara di Tangan SBY

19 Januari 2014   06:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa paragraf di atas adalah hanya bagian sedikit dari hasil analisa politik saya. Saya juga tak ingin membantah jika ada analisa lain yang mungkin agak berseberangan dengan hasil pemikiran saya. Silakan! Mungkin cuma berbeda dari sudut pandangnya saja, tetapi substansialnya adalah tetap sama. Yakni, tak ada satu parpol pun yang tidak berambisi menggenggam kekuasaan. Dan PD sedikit pun tentu tak ingin merelakan kekuasaan itu jatuh ke tangan parpol lainnya.

Bukankah saat ini PD adalah parpol yang sangat unik dan hebat, karena dipimpin dan dikuasai oleh bapak dan anak (SBY dan Ibas), yang kedua-duanya juga adalah termasuk “bintang iklan” anti-korupsi yang pernah giat ditayangkan di sejumlah stasiun televisi? Namun di saat KPK sedang gencarnya beraksi dan bereaksi, iklan itu kok malah hilang bagai ditelan bumi??? Yang muncul justru sebuah buku Biografi SBY.

Menurut saya, sangatlah tepat jika buku tentang biografi itu bisa dimunculkan nanti ketika SBY telah tidak lagi menjadi presiden. Karena, harusnya SBY mengejar dulu dead-line tugas-tugasnya sebagai presiden: “bisa tuntaskah atau justru disebut gagal total..???”

Jika SBY belum menyelesaian tugas-tugasnya hingga selesai masa jabatannya, maka selain terkesan dipaksakan karena menghadapi Pemilu, penerbitan buku biografi itu juga bisa “mengaburkan biografi negara”. Artinya, bisa saja buku biografi SBY itu berisikan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan kepemimpinannya (sebagai presiden) dalam warna cerah, tetapi  kenyataannya ketika itu misalnya negara faktanya dalam kondisi buram, terutama dalam hal ekonomi, politik, hukum dan lain sebagainya.

Maaf, dengan melihat kondisi yang sangat sulit saat ini, seperti masalah ekonomi yang mencekik dan melilit rakyat, serta situasi politik yang berbelit-belit dari elit-elit parpol yang hanya mengedepankan kepentingan kelompoknya,  maka seberapa banyak pun kekuatan uang dan harta yang dimiliki  seorang presiden yang akan datang, itu tidak akan bisa mengatasi masalah bangsa yang sangat kompleks, apabila ia hanya dipilih karena kegantengan, kekaleman, atau karena punya banyak uang.

Hal lainnya yang mungkin bisa disebut "biografi negara" ini selama SBY berkuasa, adalah tak sedikit riwayat yang terjadi dalam bentuk musibah. Kita bisa menengok saat periode SBY-JK yang sejak awal-awal sudah dibuka dengan tsunami yang begitu amat dahsyat, disusul banjir. Juga ada "kecelakaan koalisi" (maaf ini cuma istilah saya), yakni kecelakaan di darat, laut dan di udara.

Musibah dan kecelakaan itu selalu saja mewarnai perjalanan kekuasaan SBY hingga kepada periode SBY-Budi. Memang pada periode ini, ada sedikit spasi waktu yang diberikan sebagai kesempatan pemerintahan SBY untuk "membenahi" akibat yang ditinggalkan oleh musibah dan kecelakaan tersebut.

Hingga pada memasuki tahun terakhir masa jabatan SBY-Budi 2014 ini, Tuhan lagi-lagi nampaknya akan selalu "memaksa" SBY agar benar-benar serius untuk lebih mewujudkan kepedulian kepada rakyatnya, bukan kepada keluarga atau kelompok saja. Yakni dengan melalui musibah dan bencana alam serta kecelakaan tersebut.

Dan lihatlah, Tuhan pun mengizinkan Gunung Sinabung meletus, lalu memilih Ibukota Jakarta untuk kembali banjir, juga menunjuk Manado tersapu luapan banjir bandang, serta di sejumlah daerah lainnya yang ikut dihantam banjir, pun tanah longsor. Dan sebelumnya ada tabrakan kereta api dengan truk di Bintaro.

Memang betul, semua itu adalah musibah, bencana dan kecelakaan yang tak bisa dihindari oleh pemimpin mana pun. Karena: "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia (Allah) akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS. 64:11).

Ayat tersebut menyiratkan perintah untuk senantiasa beriman kepada Allah agar Allah selalu memberi petunjuk kepada hati kita, yakni petunjuk untuk dapat "menghindari" murka Allah berupa musibah. "...Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu", artinya adalah Allah sungguh sangat mengetahui hati kita, apakah selalu berdusta (bohong) atau tidak. Terutama pemimpin: apakah suka membohongi rakyatnya (tidak menepati janji-janji) atau tidak..??? Jika suka berdusta, maka: "Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa" (QS. 45:1)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun