Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Secuil "Biografi" Negara di Tangan SBY

19 Januari 2014   06:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejauh ini pula, SBY mungkin lebih tepat jika disebut sebagai seorang artis dan penyanyi, juga seorang penulis. Sebab selama ini SBY dinilai sangat “pandai” melakukan  akting dan pencitraan diri. Kesuksesannya di bidang akting sama sekali tak bisa dibantah, karena sejumlah album lagu memang sudah diorbitkannya, dan beberapa judul buku juga sudah diterbitkannya.

Sayangnya, kesuksesannya membuat album lagu dan menerbitkan buku itu terjadi di saat kondisi negara dan rakyat masih sangat-sangat dililit masalah-masalah. Dan itu sudah dimulai sejak periode SBY-JK, kemudian dilanjutkan hingga kini SBY-Budi. Bukannya tak boleh membuat album lagu atau menerbitkan buku. Silakan, tak ada yang melarang! Bahkan akan banyak orang (termasuk saya sendiri) siap jadi produser untuk mengorbitkan setiap album lagu SBY, asalkan saja masalah-masalah negara sudah bisa diatasinya sebagai seorang Presiden.

Selanjutnya, kita juga saat ini punya wakil presiden (Boediono) yang mengaku pernah bertindak “mulia” karena dinilai “jago” mengelola keuangan, tetapi anehnya keuangan negara kita saat ini  malah di posisi defisit yang mengerikan, perekonomian negeri ini terpuruk, nilai Rupiah anjlok, harga bahan kebutuhan pangan rakyat jadi mahal; saling dorong berebut pembagian zakat atau sumbangan sosial masih menjadi fenomena yang menyedihkan (bahkan amat tragis karena acapkali menelan korban nyawa hanya untuk mendapatkan uang Rp.20 ribu, atau 5 liter beras).

Hal lainnya yang bisa menjadi “biografi” negara ini selain masalah korupsi selama hampir 10 tahun kekuasaan SBY hingga kini, adalah masalah nepotisme. Maaf…jujur saja, sampai detik ini saya belum melihat adanya sebuah prestasi atau kehebatan yang bisa ditunjuk dari seorang Hatta Rajasa, namun hingga hari ini pun kok tetap “dipertahankan“ sebagai Menko Perekonomian??? Sebetulnya pertanyaan ini mudah saja dijawab. Publik bahkan sudah sangat mengetahuinya, bahwa Hatta Rajasa adalah besan SBY.

Di dalam tubuh partai “milik” SBY juga nampaknya terjadi hal serupa. Sebagai partai penguasa saat ini, Demokrat sepertinya telah berhasil membangun panggung politik, karena masih mampu menyedot perhatian publik. Ibas berhasil diposisikan sebagai Sekjen PD, meski sebetulnya semua orang tahu bahwa Ibas masih sangat minim kemampuan tentang berpolitik untuk mendampingi Anas Urbaningrum (AU) yang terpilih sebagai Ketua Umum PD. Tetapi toh, Ibas tetap pede bertindak sebagai Sekjen PD.

Namun tak lama kemudian, tiba-tiba terjadi kemelut di tubuh PD, yang dipicu oleh masalah kasus dugaan korupsi Nazaruddin (mantan Bendum PD), yang membuat “bintang iklan” anti-korupsi Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh, dan baru-baru ini AU akhirnya juga ikut ditahan KPK.

Lain halnya dengan Gede Pasek yang meski sebetulnya adalah termasuk kader terbaik PD dan boleh dikata politisi yang cukup berkualitas, tetapi nyatanya ia juga harus terlibas alias dipecat dari parpol penguasa itu lantaran dinilai membelot dan lebih berpihak kepada AU.

Tetapi meski “jalan ceritanya” sudah sampai sedemikian “serunya” di panggung PD, pengamatan saya terhadap semua itu menunjukkan masih adanya kemungkinan “penampakan” lain yang ujung-ujungnya adalah untuk meraih simpatik pemilih dan demi “kepentingan politik 2014”.

Misalnya, boleh saja selanjutnya Ibas akan “dijadikan” tersangka oleh KPK, dan pada ketika itu boleh saja SBY buru-buru tampil berpidato “merestui dan mengikhlaskan” anaknya dijadikan tersangka demi mendukung penuh upaya pemberantasan korupsi. Tetapi wooww…, di situlah sebetulnya yang menjadi titik proyeksi positif sekaligus “senjata pamungkas” PD dalam mengembalikan citra dirinya agar dapat ditunjuk sebagai parpol yang benar-benar “serius” melakukan “bersih-bersih”. Lalu… pemilih pun dengan senang hati kembali memenangkan PD pada Pemilu 2014. Who fear…and Why not..??? This is the auto-electability..!

Akan muncul pertanyaan: “Kok bisa begitu..???”

Untuk khusus di dunia politik demi kembali merebut atau mempertahankan kekuasaan, semuanya bisa saja dibolak-balik dijadikan “begini dan begitu”, yang penting “tujuan” bisa tercapai. Termasuk “mengorbankan” untuk sementara waktu orang-orang (kerabat, sanak keluarga) yang dicintai demi sebuah kepentingan dan kekuasaan besar. Karena ketika kekuasaan sudah di tangan, maka bukan persoalan sulit jika yang dikorbankan itu bisa “dikembalikan” kepada posisi sedia kala, termasuk dengan "pengorbanan" uang yang selalu mesti dikorbankan untuk sementara waktu sebagai biaya kampanye (mungkin juga sebagai money-politic). Sekali lagi, semua itu tak akan jadi masalah ketika kekuasaan sudah berada di tangan. Bahkan lebih dari yang dikeluarkan (dikorbankan) akan bisa dengan mudah dipulangkan secara aman dan terkendali ketika kiranya telah berhasil tembus ke dalam istana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun