Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rizal Ramli, Capres Ideal 2014! ini Alasannya! (Bagian 1)

13 Juni 2013   01:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:07 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku yang telah diterbit melalui stensil namun dilarang beredar itu sulit dibendung. Akhirnya, malah dengan sendirinya beredar di mana-mana, dimulai dalam lingkungan di seluruh kampus di Jawa hingga ke luar Jawa. Bahkan beberapa media cetak ketika itu mempublikasikan materi buku tersebut yang dikemas dalam tajuk kritik mahasiswa ITB terhadap Pak Harto.

Inilah yang membuat kemudian Presiden Soeharto makin murka yang dibuktikan dengan dibredelnya media-media cetak yang memuat materi dari buku tersebut.

Namun tak sampai di situ, buku kecil ini pun lalu diterjemahkan ke dalam 8 bahasa oleh Ben Anderson, yakni seorang profesor dari Cornell University, Amerika Serikat. Buku Putih ini dianggap sebagai sebuah keberanian dalam kebenaran mengkritik untuk pertama kalinya secara sistematis terhadap sistem otoriter Orba. Sebab, sebelumnya tak ada satu pun yang berani main protes-protes terhadap pemerintahan Soeharto. Namun inilah kemudian yang membuat salah satunya RR dipenjara.

RR DIPENJARA
“Nenek saya jadi amat sedih, beliau menangis melulu karena cucu kesayangannya di penjara. Tiga bulan di penjara militer Jl. Sumatera, dan satu tahun di penjara Sukamiskin, Bandung, di dalam penjaranya Pak Soekarno. Waktu itu kita bersembilan di penjara, masing-masing berasal dari ITB, Unpad, Unisba dan IKIP.

Selama di penjara, RR memanfaatkan waktunya lebih banyak dengan membaca buku-buku yang dikirim oleh teman-temannya sambil juga berdiskusi setiap hari dengan teman-teman sesama aktivis. Dan sesekali bermain catur dengan para napi lainnya.

Sejumlah pengalaman menarik sempat ditemui RR selama melalui hari-hari di penjara sebagai tahanan politik. Misalnya, untuk sarapan paginya, kata RR, makanannya menyiksa karena sangat tak layak untuk dikonsumsi.

RR menggambarkan, di dalam penjara ia sulit makan sebagaimana porsi yang sudah ditentukan untuk para tahanan. Soalnya, nasinya kadang bercampur dengan beberapa butir pasir dan batu kecil-kecil. Nasinya disajikan bersama kelapa yang tak jarang juga sudah basi. Pikiran saya mungkin anggaran makanannya dikorupsi atau karena budget-nya memang sedikit.

Penghuni Penjara Sukamiskin, kata RR, selain tahanan politik mahasiswa, juga berasal dari pelaku kriminal yang kena sanksi berat di atas 5 tahun, seperti pembunuh, perampok dan pemerkosa. Sehingga itu, sebagian besar penghuni Sukamiskin ketika itu kenal dengan RR. “Suatu ketika setelah bebas dari Sukamiskin, saya pernah naik bis di Jakarta, di samping saya ada yang colak-colek, tapi menebak-nebak sepertinya saling kenal, ternyata dia dulu dari Sukamiskin, dan rupanya pula dia kepala pencopet di bis,” tutur RR sambil tertawa.

RR lanjut Kuliah Di Luar NegeriSetelah menjalani masa tahanan politik di penjara Sukamiskin, kuliah RR di ITB terputus. Namun karena selama di penjara banyak membaca buku-buku seputar ekonomi politik, RR pun mengaku tertarik untuk mendalami ilmu ekonomi.

Dengan berbekal kepandaiannya ber-bahasa Inggris, RR pun mencari-cari peluang beasiswa untuk studi di luar negeri. Alhasil, RR berhasil mendapatkan beasiswa dari Ford Foundation. “Saya diterima sebagai mahasiswa Boston University atas rekomendasi Rektor ITB serta Adnan Buyung Nasution, yang kemudian beberapa waktu silam pernah menjadi lawyer saya saat saya diadili dalam kasus yang mirip-mirip dengan masa lalu. Mereka mengatakan bahwa Rizal Ramli itu anak-nya pintar, kreatif dan berani, sampai itu direkomendasikan. Tetapi, begitu melihat nilai ujian untuk lolos menuju Boston, angkanya jadi jelek semua,” cerita RR sambil tertawa.

Meski begitu, pada tahun 1980, RR masih diterima sebagai mahasiswa percobaan di Boston selama enam bulan, ikut program S1 Ekonomi. Di situlah RR membuktikan kualitasnya menjalani kehidupan baru sebagai mahasiswa percobaan di Boston University. Dan ternyata, RR memang berhasil membuktikan diri mampu menjadi mahasiswa yang baik dengan nilai-nilai hasil ujian yang seluruhnya bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun