Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Soal BBM: Pak JK, "Sakitnya Tuh di Sini!"

14 November 2014   03:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:51 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena lifestyle para pejabat seperti tersebut di atas tidak sulit ditemui dan disaksikan di daerah-daerah. Dan seharusnya, mental-mental pejabat (PNS) seperti inilah yang sesungguhnya sangat perlu direvolusi! Kalau perlu segera tindaki para PNS (terutama kepala dinas/badan) yang diketahui memiliki lebih dari satu rumah dan mobil mewah! Tanyakan ke para pejabat (PNS) bersangkutan, dari mana duit sebanyak itu bisa mereka sedot?

Pemerintah hendaknya jangan memandang remeh “kelakuan” para pejabat (PNS) seperti ini. Sebab, jika hal-hal tersebut (lifestyle para pejabat itu) masih terus berlangsung, maka pemerintah jangan pernah bermimpi bisa mensejahterakan rakyat miskin, meski mungkin pemerintah berhasil menyelamatkan APBN (tidak jebol) dengan menaikkan harga BBM sekali sebulan, ekonomi rakyat miskin tidak akan mengalami perubahan yang signifikan. Sebab, uang-uang rakyat selama ini sebetulnya lebih banyak mengalir ke dalam kantong-kantong para pejabat beserta para kelompok-kelompoknya. Pemerintah harus tahu, bahwa salah satunya, sakitnya (juga) tuh di sini!

Apa pemerintah selama ini tak pernah mendengar kabar tragis? Misalnya, ada seorang ibu yang harus di penjara karena terpaksa mencuri susu buat bayinya akibat kesulitan ekonomi keluarganya? Seorang remaja yang terpaksa menganiaya dan bahkan membunuh orangtuanya karena tak diberi uang untuk membeli sebuah sepeda? Seorang ayah yang tewas dikeroyok warga karena tertangkap tangan mencuri seekor ayam? Dan masih banyak lagi peristiwa kriminal yang cukup tragis semacamnya sebagai akibat dari beban ekonomi yang sangat berat, juga sebagai akibat terjadinya kesenjangan sosial dan jurang pemisah yang sudah sangat terang benderang terlihat di tengah-tengah masyarakat.

Mungkin tidaklah terlalu mengherankan, apabila orang seperti JK sangat ngotot ingin menaikkan harga BBM tanpa seakan tak mau tahu seberapa pedihnya penderitaan rakyat miskin akibat kenaikan BBM tersebut. Sebab JK sejak masih di dalam kandungan (belum lahir saja) memang sudah berstatus orang kaya dan terpandang di lingkungannya. Jadi boleh dipastikan, bahwa rakyat Indonesia sesungguh sangat beruntung bisa memiliki Wapres seperti JK yang  selama hidupnya tak pernah mengalami apalagi merasakan bagaimana perih dan pedihnya hidup sengsara karena terhimpit ekonomi. “Pak JK, sakitnya tuh di sini ---> di hati dan di batin yang paling dalam!

Jujur, rakyat sesungguhnya tak butuh dengan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang prakteknya hanya menyerupai BLT. Rakyat (petani) juga tak butuh-butuh amat dengan subsidi pupuk dan lain sebagainya. Rakyat saat ini hanya minta dengan sangat agar harga BBM jangan dinaikkan. Karena jika harga BBM naik, maka “sakitnya” terasa di mana-mana. Dan “sakit” itu HANYA dirasakan oleh RAKYAT MISKIN, bukan pejabat, bukan pula pengusaha (kontraktor) yang berada di dalam lingkaran istana presiden/wapres, dan di rumah dinas gubernur/wagub, walikota/wawali, atau bupati/wabup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun