Fenomena lifestyle para pejabat seperti tersebut di atas tidak sulit ditemui dan disaksikan di daerah-daerah. Dan seharusnya, mental-mental pejabat (PNS) seperti inilah yang sesungguhnya sangat perlu direvolusi! Kalau perlu segera tindaki para PNS (terutama kepala dinas/badan) yang diketahui memiliki lebih dari satu rumah dan mobil mewah! Tanyakan ke para pejabat (PNS) bersangkutan, dari mana duit sebanyak itu bisa mereka sedot?
Pemerintah hendaknya jangan memandang remeh “kelakuan” para pejabat (PNS) seperti ini. Sebab, jika hal-hal tersebut (lifestyle para pejabat itu) masih terus berlangsung, maka pemerintah jangan pernah bermimpi bisa mensejahterakan rakyat miskin, meski mungkin pemerintah berhasil menyelamatkan APBN (tidak jebol) dengan menaikkan harga BBM sekali sebulan, ekonomi rakyat miskin tidak akan mengalami perubahan yang signifikan. Sebab, uang-uang rakyat selama ini sebetulnya lebih banyak mengalir ke dalam kantong-kantong para pejabat beserta para kelompok-kelompoknya. Pemerintah harus tahu, bahwa salah satunya, sakitnya (juga) tuh di sini!
Apa pemerintah selama ini tak pernah mendengar kabar tragis? Misalnya, ada seorang ibu yang harus di penjara karena terpaksa mencuri susu buat bayinya akibat kesulitan ekonomi keluarganya? Seorang remaja yang terpaksa menganiaya dan bahkan membunuh orangtuanya karena tak diberi uang untuk membeli sebuah sepeda? Seorang ayah yang tewas dikeroyok warga karena tertangkap tangan mencuri seekor ayam? Dan masih banyak lagi peristiwa kriminal yang cukup tragis semacamnya sebagai akibat dari beban ekonomi yang sangat berat, juga sebagai akibat terjadinya kesenjangan sosial dan jurang pemisah yang sudah sangat terang benderang terlihat di tengah-tengah masyarakat.
Mungkin tidaklah terlalu mengherankan, apabila orang seperti JK sangat ngotot ingin menaikkan harga BBM tanpa seakan tak mau tahu seberapa pedihnya penderitaan rakyat miskin akibat kenaikan BBM tersebut. Sebab JK sejak masih di dalam kandungan (belum lahir saja) memang sudah berstatus orang kaya dan terpandang di lingkungannya. Jadi boleh dipastikan, bahwa rakyat Indonesia sesungguh sangat beruntung bisa memiliki Wapres seperti JK yang selama hidupnya tak pernah mengalami apalagi merasakan bagaimana perih dan pedihnya hidup sengsara karena terhimpit ekonomi. “Pak JK, sakitnya tuh di sini ---> di hati dan di batin yang paling dalam!
Jujur, rakyat sesungguhnya tak butuh dengan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang prakteknya hanya menyerupai BLT. Rakyat (petani) juga tak butuh-butuh amat dengan subsidi pupuk dan lain sebagainya. Rakyat saat ini hanya minta dengan sangat agar harga BBM jangan dinaikkan. Karena jika harga BBM naik, maka “sakitnya” terasa di mana-mana. Dan “sakit” itu HANYA dirasakan oleh RAKYAT MISKIN, bukan pejabat, bukan pula pengusaha (kontraktor) yang berada di dalam lingkaran istana presiden/wapres, dan di rumah dinas gubernur/wagub, walikota/wawali, atau bupati/wabup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H