Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ini Kiat Gus Dur Bisa Kurangi ULN. Bagaimana dengan Jokowi?

27 November 2014   17:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:42 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari situ, setelah mengamati dan mempelajari sejumlah figur untuk diposisikan sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri (Menko Ekuin) pasca Kwik Kian Gie, Gus Dur pun dengan tegas memilih seorang ekonom independen (nonpartisan) dikenal anti-liberalisme dan musuh mafia berkeley serta memiliki rekam jejak sebagai aktivis mahasiswa penentang keras rezim Orde Baru, yakni Dr. Rizal Ramli, alumnus Universitas Boston-Amerika Serikat.

Ketika itu, Rizal Ramli memang sedang menjabat sebagai Kabulog. Dan dulu, usai diangkat menjadi Kabulog saja, Rizal Ramli langsung blusukan dan beraksi : turun ke sawah, bertemu dengan para petani, bahkan ikut menangkap penyelundup beras di pelabuhan. Rizal Ramli menggulirkan berbagai kebijakan terobosan untuk mengubah citra Bulog dari sebuah institusi sarang korupsi menjadi lembaga yang bersih dan accountable.

Di mata Gus Dur, Rizal Ramli memang adalah sosok perpaduan pribadi yang komplet dengan beragam atribut. Yakni Rizal Ramli dikenal sosok pemberani, pantang menyerah, pekerja keras dan cerdas, jujur,  serta punya arah perjuangan dan keberpihakan yang jelas kepada rakyat kecil.

Dan benar, Presiden Gus Dur tak salah memilih orang untuk diposisikan sebagai Menko Perekonomian (Ekuin). Begitu selesai dilantik pada Sabtu (26/8/2000), Rizal Ramli langsung kerja... kerja... dan kerja. Masalah PLN yang dililit utang langsung ditanganinya, meski harus mengeluarkan energi dan pemikiran yang ekstra, Rizal Ramli berhasil melakukan operasi penyelamatan PLN dan membersihkannya dari berbagai “kuman” yang menumpuk di dalamnya.  Juga ketika menjabat Ketua Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK), Rizal Ramli berhasil merestrukturisasi sektor properti, UKM, dan petani.

Rizal Ramli dan 10 Program Percepatan Pemulihan Ekonomi

Sebagi Menko Perekonomian, Rizal Ramli sangat tahu begitu beratnya tugas dan pekerjaan yang harus ia selesaikan dan mustahil bisa dituntaskan semua persoalannya dalam waktu bersamaan. Makanya, ia pun segera menentukan prioritas yang dituangkannya dalam 10 Program Percepatan Pemulihan Ekonomi.

Dalam bukunya: “Rizal Ramli, Lokomotif Perubahan”, Rizal Ramli menjelaskan kata “percepatan” sengaja dipilih, karena ia sadar bahwa waktu tidak begitu banyak tersedia untuk bisa menuntaskan semua persoalan. Terlebih Rakyat dan Bangsa Indonesia yang memang perlu untuk segera mendapat pertolongan. Mereka perlu program aksi dan bukti, bukan sekadar janji-janji.

Program yang dicanangkan pada 4 September 2000 ini, pada akhirnya diakui dunia internasional sebagai program pemulihan ekonomi yang kredibel dan terbukti sukses. Sayang, pendeknya masa jabatan sebagai menko Perekonomian (hanya 10 bulan), menyebabkan pelaksanaannya tidak bisa dituntaskan.

10 Program Percepatan Pemulihan Ekonomi tersebut adalah: (1). Menciptakan stabilitasasi di sektor finansial; (2). Meningkatkan kesejahteraan rakyat di pedesaan untuk memperkuat stabilitas sosial-politik; (3). Memacu pengembangan usaha skala mikro dan usaha kecil menengah (UKM); (4). Meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani; (5). Mengutamakan pemulihan ekonomi berlandaskan investasi daripada berlandaskan pinjaman; (6). Memacu peningkatan ekspor; (7). Menjalankan privatisasi bernilai tambah; (8). Melaksanakan desentralisasi ekonomi dengan tetap menjaga kesimbangan fiskal; (9). Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam; dan (10). Mempercepat restrukturisasi perbankan.

Pada praktiknya, 10 Program Percepatan Pemulihan Ekonomi tersebut membuahkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan boleh dikata melebihi dari yang diperkiraan sebelumnya.

Dari buku: “Rizal Ramli, Lokomotif Perubahan”, terungkap 10 Program tersebut membuat ekonomi pada tahun 2000 mampu tumbuh 4,8%. Angka ini jauh di atas perkiraan semula yang hanya 2-3%. Pada saat yang sama, defisit anggaran tercatat hanya 3,2% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal, semula diperkirakan defisit akan membengkak hingga 4,8%. Inflasi juga relatif terkendali pada 9,3%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun