Aku yakin obat penenang ada di balik bantal rebahanku kemarin. Ternyata nihil. Aku menutup hidung gara-gara bau nambah menyengat. Aku cari asal sumbernya. Tidak lain dan tidak bukan, berasal dari komputerku. Apakah ada tikus yang mati di celah-celah rangkaian monitor atau memang komputerku banyak virus yang membangkai? Aku sempat membuka satu-satu file dengan masker menutupi area hidung dan mulut.
O, bau nambah menyengat seketika aku buka dokumen kisah kelam. Ya, perihal kematian orang tuaku yang tragis. Aku dapat cerita berdasarkan cibir masyarakat yang suka keliling rumah. Kadang tukang sayur. Kadang tukang sol sepatu. Mereka selalu bicarakan itu sampai aku hafal persis kronologisnya. Aku ketik semua dialog tentang orang tuaku karena kata nenek, sejarah akan berbohong bila tidak ditulis. Namun, yang aku dapat hanya adegan kebakaran pabrik roti dan kecelakaan pesawat. Aku mengelus dada dan bau itu tidak hilang di dokumen itu.
Aku setengah gila ketika segala pengalaman tragis muncul seketika aku menulis.
Sampai saat itu, aku dikatakan gagal menjadi penulis. Aku tidak bisa menjadi apa yang nenek harapkan. Kematian orang tuaku kini terjebak dalam cerita bukan kenyataan.
Apakah mereka masih hidup?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H