“Mama aku mau nasi goreng dong.”
“Boleh, mau pake telur atau tidak?’
“Pakai ma,” jawabku semangat. Aku sangat menyukai masakan khas Indonesia satu ini. Dari kecil hingga besar aku sangat suka dengan nasi goreng. Apalagi nasi goreng buatan mama. Aku sangat suka.
Dan anehnya, jika nasi goreng selain buatan mama tidak begitu enak. Lidahku serasa digembok jika nasi goreng selain mama. Rasanya hambar.
Aku sudah pernah melakukan eksperimen. Mulai di warung nasi goreng termurah hingga restaurant termahal. Semuanya sama saja.
Aku jadinya menentukan kriteria calon istriku. Aku nggak butuh cantik, kalau bisa dapat yang cantik. Aku tidak butuh harta, kalau bisa yang sudah punya pekerjaan. Yang aku inginkan hanyalah cewek yang bisa masak nasi goreng.
“Yakin Andri itu kriteria calon istrimu?” tanya mama bingung.
“Iya ma. Aku sudah membulatkan tekadku,” jawabku mantap.
***
“Andri, si Nisa mau ngajak kamu ketemuan nih. Mau nggak?”
“Nisa? Nisa yang mana?”
“Ituloh cewek yang cantik banget di kantor kita.”
“Oh … bisa masak nasi goreng nggak?” jawabku langsung.
“Kalau itu sih … tanya aja sama orangnya,” aku langsung pergi menemui Nisa. Nisa sedang makan siang bersama teman-temannya.
“Nisa bisa masak nasi goreng?” tanyaku tanpa basa basi. Nisa begitu kebingungan. Kenapa pula tiba-tiba aku nanya nasi goreng. Ya … kalau misal dia bisa masak terus masakannya enak bangat. nanti malam bakal datang aku ke rumahnya untuk melamarnya.
Nisa hanya diam seribu bahasa. Sebuah tanda bahwa dia tidak bisa masak. Aku minta maaf kepadanya, mengatakan kalau itu hanya bercanda dan aku pergi meninggalkannya.
“Hey, katanya kamu bertanya kepada Nisa bisa masak nasi goreng ya? To the point kali ya,” kata Siti sahabatku. Kami sudah bersahabat sejak SD.
“Iyalah. Apalagi? PDKT dulu terus pacaran? Oh … aku nggak mau pacaran. Kalau serius nikah sudah. Ngapain main-main nggak jelas.”
“Hahaha aku suka gaya kamu.”
Aku sekarang sudah berumur 26 tahun. Umur 26 tahun adalah umur yang rawan. Walaupun banyak orang mengatakan kalau umur segitu masih aman sih bagi cowok.
Aku juga bingung dengan Siti, sahabatku. Kamu hanya beda dua tahun. Yang artinya dia sekang 24 tahun. Pacar tidak punya apalagi yang datang ke rumah buat melamarnya. Padahal … secara penampilan dia cantik bangat. tapi … karena dia terlalu cantik tidak ada yang berani mendekatinya.
Oh ya, kenapa dia tidak PDKT duluan ya?
“Hey, kenapa kamu dari kecil sampai sekarang tidak punya pacar?”
“Kan aku pacar kamu,” kata Siti tertawa.
“Enak aja aku pacaran sama kamu. Aku nggak mau pacaran.”
“Yaudah deh. Calon suami aku. Kapan nih datang ke rumah,” candanya lagi.
“Emang bisa masak nasi goreng?”
“Bisa dong,” katanya bercanda. Itulah percakapan yang sering kami lewatkan. Siti sering sekali menggodaku. Aku yakin dia itu hanya bercanda. Lagian, mana bisa Siti masak nasi goreng.
Tapi aku salah.
Pada hari minggu aku datang ke rumah Siti. Aku tidak ada urusan sih, cuman nggak ada kerjaan saja. Sekali-kali pergi ke rumahnya main-main.
Siti kebetulan pergi entah kemana. Ibunya Siti yang menemaniku. Kami berbicara panjang lebar. Aku juga menanyakan kenapa Siti tidak ada yang melamar. Di situ Ibunya merasa sedih.
“Oh ya, di dapur ada nasi goreng sisa loh. Katanya kamu suka bangat dengan nasi goreng. Ibu ambilin yah,” aku berusaha menolaknya tapi Ibunya bersikeras. Aku tidak bisa menahannya. Aku tidak enak dengan Ibunya nanti. Kalau misalnya nasi gorengnya nggak enak gimana?
“Nah … coba deh. Dijamin enak,” kata Ibunya semangat.
Aku mengambil sendok, mengambil sedikit nasi goreng dan menaruhnya di mulutku. Aku langsung terkejut setengah mati.
Nasi gorengnya terlalu enak. Baru kali ini aku menemukan nasi goreng yang sama dengan mama. Aku memakannya dengan lahap.
Setelah habis satu piring, aku bertanya kepada Ibunya.
“Bu, siapa yang masak nasi goreng ini bu?”
“Oh … tidak tahu ya. Lagian anak itu jarang sih bicara soal masak. Siti, dia pandai kali loh masak,” kata Ibu Siti sekaligus promosi.
Tanpa basa basi aku langsung pamit. Aku pulang ke rumah, berhubung papa dan mama berada di ruang TV. Aku langsung mengatakan, “Pa, ma, Andri mau melamar cewek,” sontak saja papa dan mama kaget.
Siang harinya aku beserta keluargaku langsung datang ke rumah Siti. Sitinya kaget. Ada apa gerangan aku datang ke rumahnya bawa keluarga. Ternyata mau melamarnya.
Beruntung lamaranku diterima dan bulan depan kami melangsungkan pernikahan.
***
“Papa, mau makan nasi goreng penentu rasa cinta?” tanya Siti kepadaku sambil menyodorkan nasi goreng.
“Loh kenapa nasi goreng penentu rasa cinta?”
“Soalnya karena nasi goreng ini, cintaku tersampaikan.”
sumber : bacacerpen.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H