“Hey, kenapa kamu dari kecil sampai sekarang tidak punya pacar?”
“Kan aku pacar kamu,” kata Siti tertawa.
“Enak aja aku pacaran sama kamu. Aku nggak mau pacaran.”
“Yaudah deh. Calon suami aku. Kapan nih datang ke rumah,” candanya lagi.
“Emang bisa masak nasi goreng?”
“Bisa dong,” katanya bercanda. Itulah percakapan yang sering kami lewatkan. Siti sering sekali menggodaku. Aku yakin dia itu hanya bercanda. Lagian, mana bisa Siti masak nasi goreng.
Tapi aku salah.
Pada hari minggu aku datang ke rumah Siti. Aku tidak ada urusan sih, cuman nggak ada kerjaan saja. Sekali-kali pergi ke rumahnya main-main.
Siti kebetulan pergi entah kemana. Ibunya Siti yang menemaniku. Kami berbicara panjang lebar. Aku juga menanyakan kenapa Siti tidak ada yang melamar. Di situ Ibunya merasa sedih.
“Oh ya, di dapur ada nasi goreng sisa loh. Katanya kamu suka bangat dengan nasi goreng. Ibu ambilin yah,” aku berusaha menolaknya tapi Ibunya bersikeras. Aku tidak bisa menahannya. Aku tidak enak dengan Ibunya nanti. Kalau misalnya nasi gorengnya nggak enak gimana?
“Nah … coba deh. Dijamin enak,” kata Ibunya semangat.