Mohon tunggu...
Amrudly
Amrudly Mohon Tunggu... -

hai saya orangnya gk jelas hidupnya. mencoba kemana saja. yang penting happy. kalau bisa ... kunjungi blog saya ya... amrudly.com gamgadget.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penantianku Kamu Balas dengan Pernikahanmu

12 Oktober 2016   21:00 Diperbarui: 12 Oktober 2016   21:05 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku termenung di depan komputer. Aku hanya melihat photo cantikmu yang sedang bergandengan tangan dengan laki-laki lain. Laki-laki yang tidak ku kenal. Dalam hatiku berusaha meyakinkan kalau dia hanya teman biasa. Tapi tidak dengan pikiranku. Pikiranku melayang kemana-mana.

“Ini pasti tidak benar,” itulah yang aku katakan dalam hatiku. Aku membuka kembali photo-photo terbarumu. Dan aku melihat dirimu selalu berphoto dengan laki-laki itu. Bahkan kamu terlihat bahagia dan mesra. Apa yang terjadi dengan dirimu?

Apakah karena perbedaan jarak yang sangat jauh hingga akhirnya kamu berubah? Aku berusaha menjaga hati ini, tapi ada apa denganmu? Kenapa kamu seperti ini?

Aku ingat apa yang kita lalui selama setahun lalu. Apa yang terjadi? Kenangan setahun lalu dan janji-janji kita tidak mungkin kamu lupakan bukan?

Aku semakin tidak berdaya melihat photomu dengan laki-laki itu. Apa yang harus aku lakukan?

Memberi ucapan selamat kepadamu? Ataukah aku menanyakan kebenarannya? Aku bimbang.

Di tengah kegalauanku, aku mencoba menenangkan diri dengan bermain game. Ya … hanya itulah yang mampu menenangkan diriku.

Selama bermain game, kenangan itu terulang kembali. Kenangan satu hari sebelum kita berpisah.

***

“Sayang, mungkin besok aku akan pergi jauh deh.”

“Ye … sudah tahu. Sayangku mau pergi ke luar negeri kan? Mo melanjutkan pendidikannya? Biar sayangku makin pintar,” kata Desi pacarku manja sambil memegang hidung pesekku.

“Hahaha iya, kok tahu.”

“Dah dari satu tahun yang lalu itu saja sayang bilang. Nggak tahu apa kalau kuping adek sakit?”

“Lebai kamu,” aku pun langsung menjewer telinga Desi.

Kamu pun tertawa bersama-sama. Kami menikmati moment berdua ini semaksimal mungkin. Karena dua tahun ke depan kami tidak akan bertemu lagi. Hanya perpisahan sementara.

“Sayang, aku berjanji deh. Aku akan menunggu kepulanganmu,” kata Desi dengan senyuman meyakinkan. Aku pun tersenyum sambil mengelus rambutnya.

***

“Sial,” teriakku. Aku kalah bermain game. Karekterku mati. Huh … bukannya pikiran tenang malah bertambah pahit ini jadinya.

Aku pergi melihat keluar. Sudah larut malam. Oh … mungkin ini di Indonesia masih pagi. Itu sebabnya aku tidak berani menghubungi Desi. Perbedaan waktu 24 jam? Bukan itu, aku bokek di sini. Nelpon aja menghabiskan puluhan ribu pulsa.

Mungkin memang laki-laki itu temannya. Aku yakin laki-laki itu temannya.

***

Dua bulan berlalu dengan pikiranku begitu kalut. Beruntung aku berhasil menyelesaikan pendidikanku di tengah kegalauan. Entah keberuntungan apa yang berpihak kepadaku.

Aku mempercepat langkahku ke bandara. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu ini. Dalam pikiranku ingin bertemu dengan Desi.

Berjam-jam perjalanan hingga akhirnya aku sampai ke rumah. Orang tua dan sanak famili menyambutku dengan penuh suka cita. Dan ketika aku menanyakan kabar Desi semuanya langsung terdiam.

“Ma, ada apa?” tanyaku sambil membujuk Mama.

Mama tidak mengatakan apapun. Mama hanya memberiku sebuah undangan berwarna hijau tua. Di sana tertulis jelas nama Desi sekaligus kedua orang tuanya.

Aku langsung terkejut batin. Dan hari perayaannya adalah … HARI INI.

Aku langsung bergegas menuju rumahnya dan ternyata sedang diadakan pesta pernikahan. Hatiku langsung hancur sehancur-hacurnya.

Aku ikut antri menyalami pengantin baru. Dan ketika aku bertatap muka dengannya. Dia sangat bahagia. Iya, dia bahagia dengan laki-laki itu. Aku tidak bisa memperlihatkan kehancuran hatiku. Aku hanya tersenyum dan mengucapkan “selamat menempuh hidup baru”.

Mungkin ini yang dinamakan dengan jodoh. Sekuat apapun aku menjaga hati ini, sekuat apapun janji yang diberikan, setulus apapun hatimu mencintainya, kalau bukan jodoh pasti akan pergi juga.

Sumber : bacacerpen.net

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun