wisata. Dengan keindahan serta pesona Danau Toba, dapat dipastikan menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa pun. Wajar saja bila kawasan Danau Toba menjadi salah satu daerah prioritas yang harus dikembangkan oleh pemerintah.
Danau Toba, siapa yang tidak mengenal atau mengetahui danau vulkanik yang berada di daerah Sumatera Utara ini. Daerah ini terbentang dikelilingi oleh beberapa kabupaten-kabupaten yang mana kabupaten-kabupaten ini juga memanfaatkan danau ini sebagi sasaran pengembanganSaya sebagai putera kelahiran Sumatera Utara (anak medan dalam penyebutan sosial) yang besar dan tumbuh sebagai seseorang yang bersuku batak toba memiliki perhatian khusus terhadap aspek sosial dan perkembangan daerah wisata danau toba. Danau toba bukanlah milik salah satu suku di daerah Sumatera Utara, melainkan danau toba adalah milik seluruh masyarakat Indonesia. Sebab, cerminan perkembangan dan kemajuan termasuk dalam sektor wisata danau toba ini menjadi keindahan dari Indonesia.
Danau toba sendiri dengan beraneka ragam masyarakat yang berada disekitar kawasan tersebut sudah memiliki social capital (modal sosial) yang dapat dikembangkan dan menjadi aset penting sebuah kemajemukan. Layaknya yang dikatakan oleh James S Coleman seorang sosiolog  bahwa terdapat sebuah kombinasi entitas dari masyarakat dimana terdapat sebuah kewajiban, harapan, kepercayaan dan arus informasi.Â
Sejalan dengan hal tersebut modal sosial yang dijabarkan oleh Francis Fukuyama dimana  terdapat suatu kepercayaan  sebagai suatu kemampuan tersendiri dalam masyarakat untuk dapat bekerjasama dalam satu tujuan umum baik secara kelompok maupun organisasi.
Pengembangan Wisata Makro
Pengembangan sektor wisata, menjadi acuan dalam perkembangan di masa depan untuk mengeksplor serta menumbuhkan perekonimian masyarakat. Dalam hal ini Danau Toba sendiri telah menjadi salah satu DSP (destinasi super Prioritas) yang dicanangkan oleh pemerintah. Pengembangan wisata Caldera Toba, sejatinya harusnya tidak luput dari menjaga ekosistem lingkungan.
Dalam perspektif sosiologi tersendiri pengembangan wisata di danau toba juga harus berbanding lurus dengan pengembangan ekonomi masyarakat di kawasan tersbut. Amat lah sangat timpang bila mana wisata yang tumbuh pesat namun kondisi perekonomian masyarakat berjalan sangat lambat.Â
Perkembangan suatu daerah wisata juga memperhatikan kondisi sosial dari masyarakat, dimana masyarakat yang ada tidak seutuhnya bergantung hidup dengan pariwisata. Ada juga beberapa masyarakat yang kehidupan ekonominya berfokus di sektor pertanian.
Pemerintah provinsi Sumatera Utara beserta beberapa pimpinan daerah sendiri juga memperhatikan hal-hal ini. Membangun ekonomi kerakyatan yang selama ini digaungkan oleh pemerintah harus berjalan sesuai dengan aplikatif dan implementatif. Pembangunan daerah wisata di kawasan Danau Toba juga dapat mendukung sebuah program agro tourism. Dimana petani juga dilibatkan serta diberikan pemahaman secara sosial dan ekonomi.
Penataan serta pengelolaan dengan program-program yang terarah guna mendukung kemajuan serta perubahan ekonomi yang tentunya stabil. Contohnya saja bagaimana Kota Batu di daerah Jawa Timur dalam melakukan pengelolaan secara struktural dan ekonomi wisatanya. Atau bisa saja melihat bagaimana Bali yang selalu menjadi sasaran wisatawan domestik maupun manca negara.Â
Untuk hal ini, pembenahan secara besar-besaran harus dilakaukan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat grass root (akar rumput), baik para petani, pelaku usaha, akdemisi, kelompok ativis sosial dan lainnya untuk sama-sama mengembangkan serta membangkitkan perekonomian serta wisata yang ada di Sumatera Utara terutama Danau Toba.
Inovasi Wisata Yang Menarik
Saat ini membangun branding ataupun citra wisata dari setiap daerah agar lebih menarik dan sesuai dengan realita masyarakat adalah penting. Tidak hanya menyangkut pembangunan sosial, namun temasuk juga dengan social culture. Inovasi serta transformasi kearah tekhnologi dan digitalisasi menjadi hal yang perlu dipertimbangkan.Â
Dalam analisis sosial nya, masyarakt saat ini lebih mudah tertarik dengan apa yang terlihat secara visual. Untuk itu visual yang tercitrakan harus juga diaplikasikan dengan fakta lapangan yang sesuai.
Samosir The Thousand Tomb Of Island bisa menjadi salah satu kreasi baru wisata yang menarik bagi para pengunjung. Hal ini menjadi salah satu icon yang bisa ditampilkan, sebab di samosir sendiri berbicara kuburan juga berbicara harkat dan martabat suku batak toba yang ada disana. Tidak heran bila kita berkunjung ke daerah yang di diami oleh suku batak ada beberapa kuburan yang lebih terlihat mewah dan megah di depan, rumah atau bahkan ada disamping rumahnya.Â
Lihat saja ada beberapa tugu besar atau monumen-monumen besar dari beberapa klan (marga) suku batak toba. Namun sejatinya, makam-makam yang besar ini tidak hanya berada di kawasan samosir saja. Ada pula banyak terdapat di daerah-daerah disekitaran Danau Toba.Â
Monumen marga ini bisa menjadi daya tarik wisata dimana ketik dalam monumen ini ada terbesit folklore (cerita-cerita rakyat). Tentunya apabila pemerintah sumatera utara terlebih pemerintah kabupaten mengembangkan hal ini, maka bisa saja daerah ini seperti daerah di Yunani dimana ada banyak makam-makan para dewa yang disematkan cerita-cerita tersendiri yang sampai sekarang masih bisa kita baca dan dengar.
Amat sangat menarik apabila melihat keindahan danau toba yang sarat dengan cerita rakyat serta divisualisasikan dengan cara digital. Terlebih dengan panorama dan sentuhan cahaya-cahaya yang menghiasi kuburan-kuburan milik warga.Â
Dalam aspek sosial tentu bantuan untuk memugar dan memperbaiki kuburan keluarga atau makam dari keluarga yang diberikan oleh pemerintah menjadi salah satu dorongan penyemangat spiritual dan ekonomi. Tepat lah hal ini masuk dalam tetap menjaga kesadaran kolektif dari masyarakat seperti yang dikatakan sosiolog ternama Emile Durkheim.
Pengembangan terhadap stroynomic tourism diarahkan kepada visualisasi digital yang tentunya dapat dipasarkan dan dilihat oleh masyarakat umum. Secara tidak langsung membangun storynomic yang menarik akan mendapatan perhatian lebih dari para wisatawan domestik maupun manca negara untuk dapat mencari tahu atau bahkan ingin mengunjungi suatu lokasi di sekitaran Danau Toba.
Secara bangunan materi (fisik) pemerintah dapat membangun sebuah Majalah Dinding yang terdapat Scan QR (Quick Response), ketika masyarakat mengakses QR tersebut maka langsung ditujukan kepada informasi digital dan animasi digital mengenai sejarah dan kebudayaan yang mereka lihat itu. Jadi hal ini dapat mempermudah wisatawan untuk mengakses dan mendapatkan informasi, tentunya juga disediakan dalam bentuk bahasa internasional.Â
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Kemenkraf/Baparekraf RI untuk mengembangkan storynomic tourism. Scan QR yang disediakan juga bisa dapat berisi tempat-tempat menarik yang layak dikunjungi di sekitaran kawasan Danau Toba, dengan khasanah ragam kultur budaya, kuliner dan berbagai hal menarik lainnya. Tentunya hal ini dapat mempermudah para wisatawan yang akan berkunjung.Â
Asyiknya ke Danau Toba bukan hanya sekedar menikmati keindahan panorama alamnya, namun ada pula ragam cerita-cerita masyarakat, ragam kebudayaannya serta tradisinya serta kulineran khas dari daerah sekitaran Danau Toba.
Flying Danau Toba, juga dapat dijadikan rujukan program wisata terbaik yang dihadirkan oleh pemerintah. Tentu saja keindahan Danau Toba salah satu danau terbesar di dunia ini menjadi hal yang perlu digaungkan. Namun, alangkah baiknya apabila danau ini tidak hanya dinikmati dari jalur dara, dan air saja, melainkan dari jalur udara.Â
Pemerintah dapat menyediakan transportasi berupa pesawat kecil untuk wisatawan agar bisa menikmati keindahan Danau Toba dari atas langit. Pesawat seperti Cessna 172 misalnya, yang dapat mendarat di darat dan permukaan air.Â
Pengembangan wisata Flying Danau Toba tentu dapat menarik para investor untuk dapat turut serta membangun wisata Danau Toba. Hal ini juga dapat menambah income (pendapatan) dari daerah tersendiri.
Sejatinya wisata yang dibangun dan dikembangkan juga harus berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat sekitar Danau Toba, dengan membuat suatu lapangan pekerjaan yang baru.Â
Pengembangan wisata dengan landasan pesawat dari Flying Danau Toba dapat memanfaat kan air dan daratan sekitaran danau toba, atau desa-desa yang dapat dijadikan role model wisata.Â
Akses-akses penginapan pun bisa melibatkan dengan cara live in di salah satu desa, dengan melihat secara langsung kegiatan  dari masyarakat. Melibatkan masyarakat dalam pengembangan wisata jauh lebih baik dan mudah untuk perkembangan kedepannya. Namun, hal ini dapart sukses terjadi bilamana pemerintah pun turu berpartisapasi secara aktif dalam pengembangan sumber daya manusianya.
Daya kreasi serta inovasi yang baik tanpa menghilangkan jejak-jejak budaya dalam mengembangkan wisata disekitaran kawasan Danau Toba sangat diharapkan. Hal ini akan menjadi tolak ukur mampukah masyarakat untuk bersaing dan menciptakan sebuah kawasan wisata yang mendunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H