"Kalau saja misalnya saat ini, abang bertemu orang yang dipercaya sebagai jodoh, apakah abang akan memperjuangkannya, dengan langsung melamarnya atau membiarkan begitu saja sampai takdir datang menautkan abang dan jodoh itu dalam sebuah kesempatan yang tepat?"
Lelaki itu menatap bingung.
"Saya masih tidak mengerti", ujarnya pasrah.
"Oke tak perlu dijawab bang, tidak apa-apa. Abaikan saja, maaf jika pertanyaan ini membuat abang tidak nyaman," sahut perempuan itu sambil mengatupkan dua tangannya didada.
Dia lalu pamit dan pergi meninggalkan lelaki itu yang masih diam mematung.
Didalam mobil, perempuan itu menangis.
Surat keputusan perceraian pengadilan agama dari lelaki yang dinikahinya 6 bulan lalu diremasnya kencang. Hatinya hancur.
Ia merutuki nasib dan kebodohannya. Termasuk nekad menemui lelaki artis idolanya tadi dengan dalih wawancara. "
"Jika memang bukan jodoh, mau apa lagi. Tak ada gunanya dicari dan diperjuangkan," desisnya lirih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H