"Steril?"
"Iya. Kau lihat kan sosok kita berbeda. Kau itu manusia kelas dua." Mukanya berubah seolah risih dengan keberadaanku.
Iya, aku setuju sosok kami memang berbeda, di atas telapak tangannya juga ada sebuah chip kecil berkedip merah.
"Di mana kita sekarang?" Tanyaku spontan.
"Lullaby." Jawabnya singkat.
Lalu tanpa seizinku, dia mencapkan chip merah berbentuk pentagon itu sama dengan miliknya. Aku berteriak kaget karena merasakan sakit yang tiba-tiba. Orang itu pun pergi tanpa bersuara setelahnya. Dia membuka semacam pintu kaca diantara sekeliling kasurku. Aku sontak kaget tidak terpikir olehku. Tak lama dia keluar, pintu itu langung menutup sangat rapat, tidak ada celah. Pintu itu pun kembali menyatu sempurna dengan kaca sekitarnya, seolah tidak ada sama sekali guratan pintu di sana.
Aku berada di ruangan yang "steril" sepertinya. Semuanya putih, bajuku kini seperti jubah putih yang agak kebesaran. Aku masih terbaring di atas kasur yang juga putih dengan dinding-dinding kaca mengelilingi sekitar kasurku. Tempurung pikirku. Kaca sebelah kiri kasur itu menunjukkan angka-angka, grafik, dan titik-titik berwarna hijau celadon yang tidak kumengerti. Tidak jauh dari tempatku, aku melihat ada manusia lain yang masih terbaring belum sadarkan diri. Aku baru menyadari ruangan ini mirip bangsal dengan banyak kasur-kasur kaca lainnya. Kali ini hanya kami berdua pikirku. Untuk apa kami di sini? Aku menutup mataku, mulai berpikir bahwa Dewa tidak salah mengutukku ke sini.
Di sudut ruangan ini, pintu Dewa palsu itu kembali datang, kali ini ada dua orang. Namun yang satunya perempuan pikirku, sosoknya lebih langsing dengan rambut yang menjuntai. Wajah perempuan itu juga lebih ramping, tapi anehnya kupikir mereka kembar. Perempuan itu juga punya mata kiri yang aneh, tetapi warnanya merah. Mereka berdua menghampiri manusia yang masih tertidur di kasur seberang kasurku.
Perempuan mata merah itu pun mamandangi orang yang sedang berbaring itu. Sesaat kemudian, cahanya lampu merah pekat keluar dari matanya, menyisuir satu per satu tubuh laki-laki yang berbaring itu. Seketika tubuh itu menggelepar satu kali seperti sedang terkejut, lalu diam kembali.
"TRP-3130-31KOM-099OD-RED00101" Perempuan itu mengeja serangkaian huruf dan angka yang tidak ku pahami. Rekannya pun mengangguk. Lalu perempuan itu mengeluarkan sinar merah lurus ke tangan lelaki itu. Chip. Tak lama, lelaki itu terbangun sambil memberontak dan berteriak.
Laki-laki dewa palsu itu, dengan cepat mengeluarkan sinar biru yang mirip dengan yang pernah ku alami. Lelaki itu akhirnya melemah, tidak lagi meronta. Lemas.