“Keempat, jangan mau diadudomba. Dari dulu persatuan umat Islam berusaha dipecah. Dulu ada istilah Islam tradisional versus modern, Islam putih dan abangan dll. Hendaknya kita belajar dari masa lalu. Bahwa konflik internal yang terjadi hanya kan menguras energi umat. Para penjajah dengan mudah memanfaatkan suasana ini demi kepentingan mereka. Kelima, Sejauh pandanganku (kalian boleh ga setuju) apa yang dimaksud oleh pembawa Islam Nusantara ialah lebih terkait bagaimana dakwah disampaikan. Ini terkait dengan Fiqh Dakwah. Dari ulama nusantara kita banyak belajar mengenai metode dakwah. Mereka sangat lembut, halus, dan tidak memaki-maki. Mereka berdakwah melalui jalur budaya. Dakwah yang dilakukan adalah dakwah pemberdayaan, buka pemaksaan. Aku jadi teringat bagaimana nabi tidak menghardik orang Arab badui yang kencing di masjid. Secara linier memang dia salah, namun logika dakwah menghendaki lain. Orang yang belum tau diperlakukan sesuai dengan kadar pengetahuannya. Akhirnya apa, orang itu sadar, tanpa harus dicecar.”
(Mengingat adzan Dzuhur telah dikumandangkan, maka diskusi sementara dihentikan. Yang jelas dari aura wajah dua penduduk kampung yang lagi berselisih itu sedikit banyak mulai tercerahkan).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI