Mohon tunggu...
ammar machmud
ammar machmud Mohon Tunggu... -

Arek kelahiran kudus yang mendedikasikan dirinya untuk progresivitas dalam berdiaklektika dalam pelbagai keilmuan.Pelbagai karyanya bisa dikunjungi di www.senjaputih.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mendedah Feminisme Populer

5 April 2011   03:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:07 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

p { margin-bottom: 0.08in; }

p { margin-bottom: 0.08in; }

Judul Buku : Feminisme, Femininitas, dan Budaya Populer

Penulis : Joanne Hollows

Penerbit : Jalasutra, Yogyakarta

Cetakan : I, Maret 2010

Tebal : 295 halaman

ISBN : 978-6028-252287

Diskursus feminisme, meski sudah lama ada sejak era 1960-1970-an, tetapi eksistensinya masih ‘seksi’ diperbincangkan hingga kini, baik dalam ranah domestik maupun publik. Mengingat masih maraknya realitas fenomena sosial yang mendiskreditkan perempuan dan budaya patriarki dalam laku kehidupan sehari-hari.

Disamping itu, diskursus feminisme -khususnya di era kini- menjadi menarik, lantaran tema yang disuguhkan tidak hanya melulu ihwal pembebasan atau kebebasan memperjuangkan hak asasi kaum hawa, tetapi juga menyuguhkan tema-tema yang erat kaitannya dengan budaya populer. Seperti isu yang mengemuka, bahwa feminisme acapkali menolak “kehadiran” budaya populer untuk “disenggamai”, padahal faktanya feminisme butuh budaya populer. Persoalannya, ada apa sebenarnya dibalik agenda feminisme, hingga membuat relasinya dengan budaya populer (terkadang) “tidak romantis”? Apa pula yang melatarbelakangi munculnya feminisme gelombang kedua? Buku berjudul Feminisme, Femininitas, dan Budaya Populer sengaja dihadirkan penulisnya untuk mengupas pelbagai persoalan tersebut.

Joanne Hollows membuka bukunya dengan mendedah inti pemikiran kunci feminisme gelombang kedua, yakni pelbagai macam pemikiran dan praktik yang dikaitkan dengan pergerakan perempuan di era 1960 dan 1970-an. Pemikiran kunci yang dimaksud adalah gagasan bahwa ‘hal yang pribadi bersifat politik’. Maksudnya, permasalahan pribadi yang dialami perempuan ketika dikucilkan adalah permasalahan umum yang dialami oleh semua perempuan dalam kelompok tersebut, meski bentuk politik lain seringkali membedakan antara ranah ‘publik’ pada politik dengan ranah ‘pribadi’ pada keluarga. Oleh karena itu, tidak berlebihan kiranya bila Elizabeth Fox Genovese (1991: 11) berpendapat bahwa ‘feminisme kini telah mengarah pada penyederhanaan hubungan pribadi, dengan memaksakan bahwa hubungan pribadi sebenarnya bersifat sangat politis’.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun