Mohon tunggu...
Bagas De
Bagas De Mohon Tunggu... -

Buruh sosial. Tinggal dan bekerja di Slovakia-Eropa Tengah. Aslinya, Anak Kampung, dari Nehi-Enoraen, ntt. Laman blog pribadi: www.confessionoflife21.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perjudian Jokowi di Kasus Ahok

21 Januari 2017   15:46 Diperbarui: 22 Januari 2017   18:26 5103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa 'kepatuhan' Jokowi itu tampak empuk untuk dipolitisasi? Alasannya sederhana. Pertama, publik tahu bahwa ke-Bhineka Tunggal Ika-an jauh lebih tinggi dan berharga dari kepentingan golongan atau apalagi kelompok ormas.

Kedua, publik rasional-moderatis menaruh percaya pada kualitas dan integritas Ahok sebagai politisi bersih di Ibukota DKI Jakarta, dan bukan pada kelompok ormas. Ketiga, publik tahu bahwa kondusif tidaknya suhu sosial-politik sebuah negara merupakan tanggung jawab dan seharusnya berada di bawah kendali pemerintah, dan bukan di bawah kendali kelompok ormas.

Sedang bagi ormas keagamaan, 'patuhnya' Jokowi untuk mentersangkakan Ahok ditafsir sebagai (1) bentuk ketaklukan atau ketakutan pemangku kekuasaan/pemerintah atas kekuatan massa ormas, dan (2) sikap setuju atau pembenaran pemerintah atas segala dan cara aksi bela agama yang selama ini mereka kobarkan. Karena itu, mereka tak sungkan 'menabrak-melabrak' siapa saja yang kebetulan menghalangi jangkauan pemahamannya.

Anda tentu ingat dengan pola hidup koloni white ants atau laron. Laron biasanya keluar secara bergerombol dari dalam tanah pada saat udara terasa lembab, dan mencari cahaya dari lampu-lampu yang bersinar. 

Mulanya, sebelum menjadi laron, koloni white ants adalah rayap yang bersarang di dan memakan kayu, termasuk perabot rumah tangga yang terbuat dari kayu.

Pola laku lawan politik Jokowi, termasuk kelompok-kelompok ormas agama yang bergerak mengitari Jokowi dan Ahok di sekitar persoalan dugaan penistaan agama yang lagi digelar di pengadilan saat ini layaknya kisah hidup koloni white ants.

Perbedaanya adalah koloni white ants muncul semusim, sedang koloni - sebut saja - 'laron sosial-politik' hadir sepanjang musim dan sudah memiliki akar jaringan yang menembus batas koloninya.

Dengan pijakan di atas, kita boleh mengatakan bahwa pilihan Jokowi untuk menempatkan kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok di jalur pengadilan hukum positif layaknya aktus menggambling di pentas judi. Sebuah perjudian politik untuk menebak, melokalisir dan menarik keluar 'musuh' dan jaringan-jaringannya untuk 'dieksekusi' publik.

Penggamblingan Jokowi dengan dadu kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok banyak dibantu oleh jejak 'zat pheromone' yang ditinggalkan semut. Zat pheromone yang diproduksi tubuh semut menjadi semacam identitas koloni yang membantu semut-semut lain - yang terhimpun dalam satu koloni - bisa saling mengenal satu sama lain saat berjalan keluar mencari makanan atau pun saat kembali ke sarangnya.  

Katakan saja, ada semut yang kebetulan tersesat karena terpisah dari koloninya pada saat keluar mencari makanan. Untuk dapat kembali ke sarangnya, semut tersesat itu biasanya mencari atau harus menemukan terlebih dahulu jejak zat pheromone yang ditinggalkan semut-semut lain dari koloninya.

Dengan literasi jejak zat pheromone, kita sedikit dibantu untuk mencerna dan memahami gerak pulang pergi dan silahturahmi antar pimpinan-pimpinan ormas dan pimpinan-pimpinan di Senayan, termasuk ter/diungkapnya gerak korelasi dan jaringan antar suporter utama pada aksi demonstrasi berjilid - yang kebetulan bertepatan dengan DKI Jakarta jelang Pilkada 2017 - di hari-hari belakangan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun