1. al-Iqtishad fi al-I'tiqad (Moderasi dalam Aqidah)
2. al-Maqashidu Asna fi Ma'ani Asmillah al-Husna (Arti Nama-nama Tuhan
Yang Hasan) al-Qathasu al-Mustaqim (Jalan untuk mengatasi perselisihan
pendapat)
3. Khujjatu al-Khaq (Argumen yang Benar)
4. al-Muntahal fi'Ilmi al-Jidal (Tata Cara dalam Ilmu Diskusi)
5. Ihya 'Ulumiddin (Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama
Pemikiran Tauhid Imam Ghazali
 Di dalam salah satu karyanya, Ihya' Ulum al-Din. Beliau mengatakan bahwa tauhid memiliki empat tingkatan, tingkatan yang terbagi menjadi : biji, inti dari biji, kulit, dan kulitnya kulit. Yang jika di perumpamakan secara sederhana bagaikan buah kenari. berikut diantaranya
1.Tingkatan pertama adalah mengakui keesaan Tuhan dengan lisan tapi tidak dengan hati yaitu Iman dengan ihsan semata saja yang di umpamakan dengan kulitnya kulit. Iman seperti ini adalah iman orang munafik.
2.Tingkatan kedua, meyakini keesaan Tuhan dengan hati seperti halnya mayoritas orang awam. Keimanan yang berupa mempercayai kalimat tauhid dalam hati, seperti iman mayoritas kaum muslim yang awam
3.Tingkatan ketiga, menyaksikan keesaan Tuhan dengan cara menyingkapnya melalui cahaya kebenaran yaitu keimanan yang disertai dengan penyaksian terhadap makna kalimat tauhid dengan cara mukasyafah (penyingkapan) melalui cahaya kebenaran. Iman seperti ini adalah maqam-nya orang-orang yang muqarrabin (mendekatkan diri kepada Allah) yang dilakukan dengan cara melihat segala hal, namun semua hal itu bersumber dari zat yang maha perkasa.
4.Tingkatan keempat, tidak melihat eksistensi kecuali keesaan yaitu Keimanan yang berupa melihat semua wujud yang ada hanya sebegai satu wujud. Inilah tingkatan iman para shiddiqqin (pencinta kebenaran) yang di peroleh dengan cara musyahadah (penyaksian). Dan dalam istilah sufi, tingkatan iman di sebut dengan al-fana' fi at-tauhid. Jadi ia tidak melihat dirinya, namun batinya bersatu tenggelam dengan zat yang esa. Inilah maksud dari ucapan abu yazid, "kemudian mengingat diriku sendiri telah membuatku lupa."
Imam al-ghazali berkata: