Mohon tunggu...
Amir KOBOY
Amir KOBOY Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan

Membaca dan menulis naskah drama

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengejar Alibi Liar

10 November 2022   11:14 Diperbarui: 10 November 2022   11:23 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi

Mengejar Alibi liar

 

Salam satu jiwa

Karena lukamu salam

Dalam duka aku salam

Dalam doaku salam ,dari dalam hati yang menyatu untukmu  salam .

Aku masih bersamamu ,kawan senyanyian

Ketika

Alibi alibi yang berterbangan mencari persembunyian ,tidak ada satupun jari yang menunjuk mukanya sendiri :akulah sebab utamanya maka hukum aku dalam rajam atau neraka.

ketika

Wajah wajah dalam poster yang menyala licik mengincar simpatik   untuk dibawa menuju pasar politik : kami berduka seperti juga aremania,kemudian ditakar lebar poster untuk  mata yang  lalang  dilelang empatimu ,dia buat murah arti kehidupan arek  malang

Aku lah yang terduka

Ketika seorang ibu menyebut sebuah nama diatas pusara

Muhamad virdi prayoga tiga tahun umurnya bukti kasih orang tua di bawa ikut serta membela nama kotanya .pulang bawa nama begitu juga ayahnya .

Arema aku kenalkan kau pada sang putra tapi mengapa kau ambil segalanya

kisahmu tlah ku ceritakan padanya nama yang harum dari  singa yang ngedan ,semua kau mangsa begitupun hati dan jantungku

akupun sudah mengajarkan  mantra kanjurahuan azimat yang menjaga wangi kota malang.!kau pinta anaku sebagai tumbalnya

Kemudian

Angin kesedihan mengoyang pucuk pucuk  bunga lili yang berbaris dijalan protocol

Seorang ayah masih lembab matanya dipaksa lari menuju puncak kedukaan yang disusun dari jasad dan suara anaknya sendiri

Kepada langait ia sempat  bertanya

Aku berhibah nyawa ini tapi kembalikan  kembang kota malang ,kelopaknya belum sempat mekar :ambilah saja aku 

Dia  mendaki terus mendaki sambil mengeja setiap langkah adalah rasa sakit putrinya yang menyebut nama bintinya dari sudut pintu berwarna biru 

Sesampainya disana dia dendangkan kidung kelukaan yang menyayat 

Sebuah cerita bagaimana asap putih liar yang dilepas dari kekang mebawa pergi putri kecintaan.

Aku bersalam padamu dalam luka yang sama dalam duka yang maha

Ketika alibi alibi liar  mencari pesembunyian dan pamplet tak memberi jawaban .

Kalianda 8 oktober 2022

Amir koboy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun