Wajah wajah dalam poster yang menyala licik mengincar simpatik  untuk dibawa menuju pasar politik : kami berduka seperti juga aremania,kemudian ditakar lebar poster untuk  mata yang  lalang  dilelang empatimu ,dia buat murah arti kehidupan arek  malang
Aku lah yang terduka
Ketika seorang ibu menyebut sebuah nama diatas pusara
Muhamad virdi prayoga tiga tahun umurnya bukti kasih orang tua di bawa ikut serta membela nama kotanya .pulang bawa nama begitu juga ayahnya .
Arema aku kenalkan kau pada sang putra tapi mengapa kau ambil segalanya
kisahmu tlah ku ceritakan padanya nama yang harum dari  singa yang ngedan ,semua kau mangsa begitupun hati dan jantungku
akupun sudah mengajarkan  mantra kanjurahuan azimat yang menjaga wangi kota malang.!kau pinta anaku sebagai tumbalnya
Kemudian
Angin kesedihan mengoyang pucuk pucuk  bunga lili yang berbaris dijalan protocol
Seorang ayah masih lembab matanya dipaksa lari menuju puncak kedukaan yang disusun dari jasad dan suara anaknya sendiri
Kepada langait ia sempat  bertanya