Mohon tunggu...
Amiratun NadiyahAdimy
Amiratun NadiyahAdimy Mohon Tunggu... Lainnya - Semoga bisa bermanfaat :)

Ikuti prosesnya insyaallah hasil akan mengikuti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dypraxia: Bukan Anak Bodoh, Mereka Hanya Perlu Waktu yang Lebih Lama

7 Desember 2020   09:51 Diperbarui: 7 Desember 2020   10:05 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sulit untuk hanya menonton dari pinggir lapangan, Aku tidak bohong," katanya. Hilman memang baik untuk berinteraksi dengan teman, tetapi dia tidak menganggap mereka sebagai teman. Dia menjelaskan bagaimana teman-temannya kesulitan dan keluar dari persahabatan dan jika dia memiliki satu teman dekat, yang dia lakukan itu sudah cukup.

Sekarang di tahun kedua, Hilman lebih nyaman di sekolah menengah dan nilainya meningkat. Orang tuanya merasa menggunakan laptop untuk pekerjaan rumah sudah membuahkan hasil, karena dia tidak perlu menggunakan banyak energinya untuk mencoba menulis dengan jelas dan dapat lebih berkonsentrasi pada isi dari tugasnya.

Orang tuanya berharap Hilman akan memiliki juru tulis, atau pembaca, atau kesempatan untuk mengetik untuk ujian Nasional yang akan dihadap anaknya. Sementara itu, mereka terus berusaha meningkatkan harga diri Hilman, membantunya menyadari betapa pintar dirinya.

Ingat bahwasannya tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang sedang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Kita sebagai orang tua harus tetap mendampingi, memberikannya batuan dan dorongan yang membuat dia bisa tetap semangat. Membuat anak tetap merasa, bahwa keberadaan mereka tetap dibutuhkan.

Sekali lagi perlu diingat bahwa kelemahan seseorang tidak menjadi satu-satunya faktor yang membuat seseorang mengalami kegagalan. Jika memang begitu, bagaimana dengan orang-orang yang berhasil tapi faktanya mereka juga memiliki kelemahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun