"Tidak apa-apa, Nak, Ayah sehat dan baik-baik saja," sang ayah menenangkan.
"Tapi tangan Ayah sangat dingin, dan cuaca di luar sangat dingin," ujar Fatimah sambil memegang tangan dan kaki ayahnya. Dinginnya kaki sang ayah sempat dirasakan dada suaminya yang mendekat.
"Maukah aku ajarkan kalian sesuatu yang lebih baik dari yang kalian minta?" bujuk ayahnya, untuk tidak secara langsung menolak permintaan putri kesayangannya.
"Ayah punya yang sesuatu yang lebih hebat dari pembantu yang kalian butuhkan," sang ayah berjanji.
Fatimah dan sang suami penasaran. Mereka tidak lagi menghiraukan permintaan mereka sebelumnya.
"Apakah itu wahai Ayah?" mereka mulai tertarik.
"Jika kalian sudah berada di tempat tidur kalian, bacalah takbir (Allahu Akbar) tiga puluh empat kali, hamdalah (Alhamdulillah) tiga puluh tiga kali, dan tasbih (Subhaanallah) tiga puluh tiga kali. Â Sesungguhnya bacaan-bacaan ini lebih baik dari apa yang kalian berdua memintanya." Demikian petuah sang ayah kepada mereka.
Semenjak mendengar petuah sang ayah tadi, keduanya tak pernah lalai membaca wirid tersebut. mereka selalu membacanya. Bahkan hingga setelah istrinya meninggal, Â sang suami tidak melupakan wasiat ini. Sang suami berkata,
"Semenjak aku mendengar dari Beliau, aku tidak pernah meninggalkan wasiat itu".
Ada yang bertanya,
"Tidak pula pada malam perang Shiffin?"