Mohon tunggu...
amir amirudin
amir amirudin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Zikir Ayah untuk Sang Putri

27 Juni 2022   08:04 Diperbarui: 27 Juni 2022   08:10 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zikir Ayah untuk Sang Putri

Oleh: Amirudin

"Tangan Ayah sangat dingin, mengapa Ayah memaksakan datang malam-malam seperti ini?" sanggah Fatimah kepada sang ayah.

Cuaca kota Madinah saat itu sangat dingin. Musim dingin di kota itu terjadi selama 2,9 bulan, dari akhir tahun sampai awal tahun di bulan kedua dalam perhitungan tahun masehi. Suhu tertinggi harian rata-rata bisa mencapai di bawah 28 derajat celsius. Cuaca paling dingin dalam setahun di kota Madinah berlangsung di awal tahun masehi dengan rata-rata terendah 13 derajat celsius dan tertinggi 24 derajat celsius. 

Sang ayah terlihat memaksakan diri datang malam itu menemui putrinya. Ia baru saja tiba dari perjalanan dakwah. Letih dan lelah perjalanan dakwah secara fisik menyertai tantangan dan rongrongan dakwah itu sendiri dari orang-orang kafir. 

Sebenarnya, bagi lazimnya orang tua, bisa saja sang ayah mendatangi kediaman putrinya tersebut keesokan harinya, tidak malam itu yang telah sangat larut, dan di tengah cuaca yang tidak bersahabat. Demi memenuhi keinginan putrinya, Fatimah, sang ayah malam itu juga melangkahkan kaki menuju rumah putri kesayangannya. Ia ingin segera memenuhi keinginan Fatimah. 

Di mata sang ayah, Fatimah tetaplah putri kecilnya dahulu yang belum bisa ia lepas sendiri dengan tenang, meski putri kesayangannya itu sudah hidup berkeluarga bersama seorang qawwam laki-laki shaleh, kuat, dan pejuang Islam. Kasih sayang dan perhatian sang ayah tidak terputus meski Fatimah sudah berkeluarga. 

Malam itu juga, sang ayah bergegas menuju rumah Fatimah setelah ia mendapatkan cerita istrinya, setibanya di rumah,

"Putrimu baru saja datang kemari. Ia mengeluhkan tangannya yang melepuh akibat menumbuk dan menggiling sendiri gandum di rumahnya. Kita tahu putrimu mengerjakan semua pekerjaan rumah tangganya sendiri. Suaminya bekerja dengan orang lain untuk mendapatkan upah. Tak jarang suaminya bekerja  di kebun kurma milik orang Yahudi untuk mendapat upah. Kita juga tahu perjuangan dakwah Islam banyak menyita waktunya sepulang bekerja. Mereka hidup sederhana tanpa pembantu di rumah. Putrimu tahu engkau beberapa hari yang lalu membawa banyak tawanan yang bisa dijadikan pembantu di rumah. Ia meminta seorang tawanan untuk membantu pekerjaan di rumahnya", sang istri menutup ceritanya.

Masyarakat Madinah mafhum bahwa tawanan yang didapatkan sang ayah tidak dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau keluarganya. Ghanimah atau harta rampasan perang termasuk para tawanan itu digunakan untuk sebesar-besarnya keperluan perjuangan Islam. Tawanan-tawanan itu pada saatnya nanti akan dijual dan hasil penjualannya digunakan untuk membiayai para sahabat yang membutuhkan. 

Terdapat beberapa sahabat yang tidak memiliki rumah, lalu mereka ditampung di masjid Nabawi, menjadi pelajar di Suffah, seperti Abu Hurairah dan lain-lain. Mereka dikenal dengan Ahlus Suffah. Suffah sendiri berarti beranda. Ahlus Suffah ialah orang yang mendiami beranda masjid Nabawi. Terdapat suatu tempat di sebuah sudut masjid yang beratap untuk menampung mereka yang hijrah dari Makkah ke Madinah yang tidak memiliki tempat tinggal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun