"Mereka yang membunuh 85 saudara kami bukan lagi hanya tersangka, tetapi penjahat. Jika pemerintah tidak mampu menangkap mereka, kami akan kehilangan kepercayaan pada proses keadilan Thailand ini. Saya ingin pemerintah bertindak tulus, meskipun mereka berusaha memaksa kami melupakan. Bagi kami, pemerintah mungkin bisa menghapus kasus ini, tetapi kami tidak akan melupakannya," ujar Zohari.
20 Tahun Tragedi Tak Bai, Luka yang Belum Sembuh
Tragedi Tak Bai atau Tabal menjadi luka yang belum sembuh bagi warga Muslim Melayu Patani di selatan Thailand. Peristiwa ini terjadi pada 25 Oktober 2004, bertepatan dengan 11 Ramadhan 1425 H, di depan Kantor Polisi Tak Bai, Provinsi Narathiwat, Thailand Selatan.
Tragedi ini bermula dari aksi protes menuntut keadilan untuk enam petugas keamanan desa yang dituduh terlibat dalam perampokan senjata pemerintah. Aparat pemerintah memutuskan untuk membubarkan aksi unjuk rasa tersebut dan menangkap lebih dari 1.370 warga Patani yang ikut berdemonstrasi.
Ketika truk-truk yang mengangkut para tahanan tiba di kamp militer beberapa jam kemudian, sebagian besar dari mereka ditemukan tewas karena sesak napas dan luka tembak. Kejadian ini, yang berlangsung pada bulan Ramadan, memicu protes di seluruh dunia dan meningkatkan ketegangan serta kekerasan di wilayah Thailand Selatan. Sebanyak 7 orang tewas ditembak di depan Kantor Polisi Tak Bai, 78 orang meninggal di perjalanan, 7 orang hilang, dan ratusan lainnya mengalami luka parah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H