Melihat anomali antara rancangan kurikulum dengan kenyataan kualitas bernalar keluaran pendidikan, maka timbul pertanyaan jangan-jangan semua pelajaran yang dimaksudkan untuk mengolah nalar disampaikan melalui kegiatan menghafal semata, sehingga siapa yang mampu menghafal paling banyak akan dianggap paling pintar.Â
Di bangku sekolah mungkin anggapan ini dapat diterima, namun saat masuk ke pergaulan nyata maka dengan segera terlihat manfaat dari kualitas tersebut.
Guru besar yang kalah berdebat dengan seseorang yang hanya lulusan sarjana lalu berlindung dengan dalil bahwa dia seorang guru besar yang resmi, karena memiliki surat keputusan dari negara, sehingga lawan debatnya pastilah salah berargumentasi, adalah contoh bahkan pengajar di perguruan tinggi pun terjebak dalam kesesatan ad baculum (kebenaran ditentukan oleh seberapa berkuasa seseorang yang sedang berdalil).
Pada akhirnya kita harus menerima kenyataan bahwa tingkat kecerdasan bangsa yang dibebankan kepada pendidikan ternyata belum cukup mampu menangkal hoaks dan belum bisa menghilangkan kesesatan bernalar bahkan dari seorang pengajar tingkat tertinggi sekalipun. Revisi UU ITE kalau dihajatkan untuk memberi ruang demokrasi yang lebih sehat hanya akan optimal jika lingkungan akademis juga membiasakan aktifitas beradu pikiran secara rasional melalui debat terstruktur.Â
Tapi adakah lembaga pendidikan yang mengajarkan ketrampilan berdebat?Â
Berat sekali tugas seorang pendidik yang bahkan untuk beban kebutuhan hidupnya sendiripun belum tentu mampu dia penuhi dengan layak dengan honor di bawah Upah Minimum Regional.
Mudah-mudahan kita semua mau dan mampu untuk terus belajar tanpa terus menerus menyalahkan para guru di sekolah, termasuk belajar menyampaikan pendapat, belajar menilai pandangan orang lain dengan jernih agar ketika diperlukan kita mampu berdebat dengan rasional.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI