Tetiba kemudian saya sampai pada pertanyaan kenapa nampaknya generasi hari ini rentan dengan penyakit? Pertanyaan ini muncul sambil saya menambah nasi ke dalam piring karena sambal mentah saya belum habis dan sensasi rasa pedasnya mulai meninggi.
Saya berasumsi jawabannya ada pada biji tomat tersebut.
Masih ingat pelajaran Biologi dulu yang mengajarkan bahwa salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak. Makhluk hidup memiliki mekanisme alami untuk mempertahankan hidup dan menjaga keberlanjutan spesiesnya masing-masing.Â
Kuncinya ada pada pewarisan gen yaitu rangkaian protein yang memuat kode-kode tertentu yang pada kemunculan generasi berikutnya juga akan merepliksi kode tersebut dari pendahulunya.Â
Demikian terus-menerus antar generasi, sehingga kita tidak akan menemukan tomat yang berubah menjadi cabai, sebagaimana manusia tidak akan berubah menjadi binatang. Kalaupun ada perubahan, mekanisme alami melalui mutasi gen lah yang menjadi penjelasannya. Perubahan karena intervensi manusia langsung pasti akan membawa dampak lain yang tidak alami lagi.
Beberapa tumbuhan memiliki mekanisme berkembang biak melalui biji. Seperti tomat, perkembanganbiakannya akan ditentukan oleh seberapa banyak biji tomat yang sampai ke tanah. Makhluk hidup lain seperti ayam menggunakan media telur untuk melakukan hal serupa.
Kalau kita menggunakan pendekatan antar generasi seperti itu, maka bayangkan seperti apa tomat yang tidak memiliki biji berkembang biak? Atau sebaliknya, keberlanjutan kehidupan ayam yang mana yang dijamin oleh telur yang selama ini kita konsumsi yang tidak akan pernah menetas kalau dibiarkan atau dieramkan itu?
Ternyata dari sambal mentah, saya memperoleh pelajaran penting tentang eksistensi kehidupan. Tomat cherry yang manis dalam sambal mentah saya itu ternyata kaya dengan pesan kehidupan, karena melalui biji-bijinya dia sesungguhnya sedang menyiapkan kehidupan generasi penerusnya. Bijinya menbawa spirit. Silahkan terjemahkan spirit sebagai semangat, namun spirit juga sering diterjemahkan sebagai ruh.
Tomat kecil itu rasanya sedang menyindir saya. Sekalipun tomat yang besar-besar di luar sana yang harganya murah itu juga menjanjikan banyak kandungan vitamin, namun sejatinya dia tidak membawa pesan kehidupan apa-apa.Â
Rasa yang agak tawar mungkin bisa ditoleransi, tapi pertanyaan pesan kehidupan apa yang sedang dibawa oleh tomat besar-besar itu terus-terang sulit saya jawab.Â
Pertanyaan yang sama juga berkembang perihal kehidupan apa yang sedang dijaga oleh telur-telur ayam dari peternakan masif yang setiap harinya beribu-ribu dijejalkan ke pasar dan sampai ke meja dapur kita? Demikin pula daging ayam yang kita konsumsi dari ayam potong, ayam pedaging dan sejenisnya itu.
Ironi kalau kita berharap mendapat kekuatan fisik dari asupan dan konsumsi daging, buah dan telur imitasi untuk menopang kehidupan kita yang bukan rekayasa.