Sebagai warganegara kita berhak mendapat jaminan dari negara bahwa situasi pandemi tidaklah akan menjadi alasan bagi penyelenggara negara untuk mengabaikan mereka yang terpaksa terputus hubungan kerjanya karena iklim ekonomi yang melemah.
Generasi muda hari ini tetap memiliki hak untuk belajar dan bertumbuh dengan optimal. Kelompok disabilitas tetap memiliki hak untuk mendapatkan jaminan sosial dan layanan publik yang wajar.
Menjadi agak absurd kalau ketidakmampuan negara memenuhi hak-hak mereka hanya ditimpakan pada pendataan yang tidak akurat, misalnya. Bantuan sosial pemerintah dalam pandemi sepatutnya lah maksimal membantu mereka yang terjepit kondisi.Menjadi ironi kalau ada kelompok yang terabaikan hanya karena koordinasi teknis yang tidak optimal di antara penyelenggara negara.
Membantu mereka juga menjadi cara pemerintah memperbaiki kegagalan memberi pendidikan dan ketrampilan yang optimal bagi sebagian masyarakat sehingga masih ada, kalau tidak disebut banyak, kelompok yang rentan terhadap gejolak perekonomian.
Dalam situasi apapun, tujuan keadilan sosial merupakan pengikat dan perekat kita untuk tetap menyatukan diri dalam struktur sosial bernama negara. Rasa keadilan lah yang mampu menjadi pengikat sehingga kita tetap merasa sebangsa.
Tetap tumbuh dan kuatnya perasaan sebangsa yang konsisten dalam praktik bernegara yang mampu mengerakkan semangat patriot sebagaimana telah ditunjukkan oleh para pendiri negara kita dahulu.
Frasa "seluruh" dalam Sila Kelima Pancasila menyiratkan makna kesetaraan yang di dalamnya melebur "setiap" sehingga tindakan atau pilihan langkah juga bersifat "menyatu", tanpa ada pembedaan.
Ancaman bersama dan respon yang tidak (ber)sama menjadi tantangan yang menunggu penjabaran untuk membuktikan bahwa Pancasila yang kita jadikan sebagai perisai sungguh memampukan kita menjaga dan melindungi diri dan memperkuat ikatan kebangsaan untuk bersama menuju cita-cita kenapa kita saling mengikatkan diri dalam struktur sosial bernama Negara Republik Indonesia hari ini. Struktur yang akan terentang jauh dalam horizon sejarah.
Selamat Datang (kembali) Pancasila, kami sudah merindukanmu. Keluar dari mimpi, kami akan menggenggammu dalam dunia nyata.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H