Dengan kemampuan yang rendah itu, bisakah generasi muda kita berdialog dan berinteraksi dengan sebayanya dari negara-negara lain dengan kepala tegak, tidak rendah diri? Tidakkah kita sering melihat bahwa terkadang kita pun sering memandang takjub semua yang datang dari luar?
Turis backpacker-pun sering kita sambut bagaikan duta besar suatu negara. Memasuki era ketika bonus demografi menghampiri kita nanti, bisakah kita mengambil manfaat maksimal dari peluang yang langka itu?
Pakar-pakar pendidikan dan politisi pasti sepakat bahwa peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan segera karena bonus demografi itu tidak akan berulang lagi. Secara teori mungkin sudah banyak dibahas, dikaji, ditawarkan atau mungkin sudah diterapkan pada skala terbatas.
Fenomena lebih disukainya sekolah swasta dibanding sekolah negeri, bahkan dari jenjang PAUD, dapat disebut sebagai respon antisipatif dari orang tua untuk mempersiapkan anak-anaknya dengan maksimal.
Tidakkah para guru-guru dan pendidik di sekolah-sekolah negeri merasa dilecehkan dengan fenomena ini? Adakah perumus kebijakan pendidikan menangkap degradasi persepsi dan kepercayaan publik ini?
Tapi apakah proses pendidikan yang mahal itu sudah menyentuh akar dari masalahnya? Jangan-jangan solusi yang sebenarnya ditawarkan lebih mengikuti model kursus dan bimbingan belajar yang berorientasi kemampuan menjawab soal-soal ujian.
Kalau praktik yang terjadi seperti itu, maka pendidikan telah berubah dan direduksi sekadar menjadi pelatihan. Asesmen model PISA yang berbasis problem-solving rasanya tidak akan maksimal kalau siswa kita dijejali dengan rumus, bank soal dan trik menjawab cepat.
Penguatan kemampuan bernalar dalam hemat saya tetap menjadi pondasi utama yang harus dibenahi. Pendidik dan orang tua harus merubah sterotipe bahwa matematika adalah tentang menghitung dan membaca adalah tentang menamatkan bab atau buku tertentu.
Pandangan bahwa pelajaran matematika dan pelajaran bahasa adalah materi yang sama sekali berbeda juga harus ditinjau kembali. Matematika menggunakan kosakata dalam bentuk simbol, alur matematika adalah aliran pikiran yang berangkat dari konsep yang diuji terhadap fakta sampai simpulan diperoleh.Â
Tautan antara premis sampai konklusi dalam matematika tidak ubahnya paragraf yang terdiri dari pikiran utama dan pikiran penjelas dalam bahasa.