Filsafat disebutkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Ia juga menjadi a way of life sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk suatu masyarakat atau bangsa. Sebagai displin ilmu, filsafat akan terus beradaptasi dengan perkembangan konsep dari ilmu pengetahuan tidak terkecuali ilmu Hubungan Internasional. Pada artikel ini akan dijelaskan bagaimana eksistensi filsafat dapat mempengaruhi konsep studi Hubungan Internasional.Â
Sebelum membahas relevansinya, terlebih dahulu kita menelaah pengertian filsafat dan HI.Â
1.Pengertian Filsafat menurut tata bahasanya
Secara bahasa, istilah filsafat berasal dari Bahasa Yunani yakni Philos yang berarti cinta, senang, suka dan Sophia berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan. Cinta dalam konteks ini dipahami sebagai keinginan yang kuat pada objek tertentu; sedangkan kebijaksanaan dipahami sebagai penerapan pengetahuan yang benar. Dengan demikian, filsafat sebagai cinta kebijaksanaan dalam konteks ini merujuk pada keinginan kuat pribadi manusia untuk memiliki pengetahuan dan menerapkannya dengan benar. Bukanlah suatu kebetulan bahwa sebagian besar filsuf di Dunia Kuno, khususnya di Yunani, India, dan Cina adalah orang bijak misalnya Socrates, Buddha Gautama, Konfusius, dan Lao Tzu. Namun, secara tradisional, filsafat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari makhluk dari penyebab, alasan, dan prinsip utama melalui bantuan akal manusia. Yang dimaksudkan tentang "makhluk" dalam filsafat pada konteks ini adalah semua hal yang ada, material atau immaterial. Contoh makhluk adalah "batu", "pohon", "orang", "mobil", udara, air; dan gagasan tentang "Tuhan", "jiwa", "roh". Semua ini adalah makhluk, dan filsafat mempelajari penyebab, alasan, dan prinsip utama mereka melalui bantuan akal saja. Jadi Philosophia atau filsafat berarti cinta pengetahuan.
2.Pengertian Filsafat menurut para ilmuwan
Bagaimana Para Ilmuwan memandang Filsafat? Tiga besar filosof Yunani merupakan pionir dalam perkembangan filsafat ilmu. Socrates sebagai orang pertama yang memperkenalkan dan mengembangkan filsafat ilmu ke dalam dunia pendidikan, menyatakan bahwa filsafat adalah suatu disiplin ilmu yang melatih akal dan logika untuk memahami realitas dan menjawab pertanyaan mendasar tentang pengetahuan, kehidupan, moralitas, kebajikan, dan kemanusiaan. Selain itu, menurut Plato, filsafat adalah ilmu yang berusaha mencapai pengetahuan tentang kebenaran sejati. Aristoteles berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu yang menganut kebenaran, meliputi ilmu-ilmu metafisika, retorika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan). Selain "Tiga Besar Filsafat Yunani", para ahli dan filsuf lain juga telah merumuskan konsep-konsep filosofis yaitu :
1.Menurut Cicero, filsafat adalah "ibu" dari semua seni dan seni kehidupan.
2.Immanuel Kant mendefinisikan filsafat sebagai subjek dan ilmu yang mendasari (pengetahuan) dari semua pengetahuan, termasuk empat mata pelajaran metafisika, etika agama, dan antropologi.
3.Konsep filsafat dari Johann Gotlich Fickte adalah dasar dari semua ilmu, membahas semua bidang dan segala macam ilmu untuk mencari kebenaran dari semua realitas. Filsafat menurut Paul Natorp adalah ilmu dasar yang menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menghadirkan landasan pamungkas yang sama dan menopang semuanya.
4.Bertrand Russell, filsafat adalah teologi yang mencakup berbagai gagasan tentang mata pelajaran yang belum diketahui pengetahuannya secara pasti. Tapi, seperti sains, filsafat dapat menarik akal manusia daripada otoritas tradisi atau wahyu.
5.Filsafat, menurut John Dewey, adalah ekspresi perjuangan manusia yang terus-menerus untuk menyesuaikan tradisi beragam yang membentuk karakter manusia dengan tren ilmiah baru dan cita-cita politik yang bertentangan dengan otoritas yang diakui.
6.Menurut MJ Menurut Langeveld, filsafat adalah suatu kesatuan ilmu yang terdiri dari beberapa bidang masalah. Isu lingkungan, isu nasional (metafisika, manusia, alam, dll). Kisaran pertanyaan pengetahuan meliputi: Teori Kebenaran, Epistemologi dan Logika. Di sisi lain, berbagai masalah nilai meliputi: Sebuah teori nilai yang didasarkan pada nilai etika, estetika, dan agama.
2.Cabang-cabang Filsafat
Setelah menjawab pertanyaan "apa itu filsafat?", mari menelaah cabang-cabang utama yang ada pada filsafat. Filsafat terbagi jadi empat cabang besar, yaitu: Metafisika, Epistemologi, Logika, dan Etika.
1.Metafisika berasal dari kata Yunani dan dibagi menjadi dua kata yaitu meta, yang berarti "melampaui" atau "setelah" serta physical, "fisik" atau "alam". Oleh karena itu, secara etimologis, metafisika berarti studi tentang hal-hal di luar fisik, yaitu suatu hal yang tidak dapat terjadi, seperti filosofi tentang Tuhan, kebebasan, dan jiwa. Metafisika umumnya dipahami sebagai dasar filsafat. Bahkan, Aristoteles menyebutnya "filsafat pertama". Pada awalnya, metaphysika dalam bahasa Yunani secara harfiah berarti "setelah fisika", hal ini menunjuk bagian dari karya Aristoteles, yang muncul setelah bagian-bagian yang berhubungan dengan fisika. Namun, disalahgunakan oleh para komentator Abad Pertengahan atas teks-teks klasik sebagai sesuatu yang berada di luar fisik. Dengan demikian, mengikuti dinamika waktu, metafisika akhirnya dipahami sebagai studi tentang apa yang ada di luar fisik. Metafisika terbagi menjadi dua bentuk, yaitu Metafisika Umum atau biasa disebut dengan Ontologi. Di bawah Metafisika Khusus, terbagi lagi menjadi Kosmologi, Psikologi atau Antropologi, serta Teologi atau Teodisi Alam.
2.Epistemologi berasal dari kata Yunani dan terbagi menjadi dua kata yaitu episteme, yang memiliki arti pengetahuan, serta logos yang memiliki arti studi. Secara hakikat didefinisikan menjadi studi tentang sifat dan luasnya pengetahuan dan kepercayaan (keyakinan) yang dibenarkan. Secara khusus, ini menganalisis sifat pengetahuan dan bagaimana kaitannya dengan gagasan serta ide-ide serupa, seperti kebenaran, kepercayaan, dan pembenaran.
3.Logika berasal dari kata Yunani logos atau (pengetahuan) diartikan sebagai ilmu penalaran atau pemikiran yang benar atau studi tentang prinsip-prinsip dan kriteria argumentasi yang valid. Lebih tepatnya, logika mencoba membedakan antara penalaran atau argumen yang baik dan penalaran atau argumen yang buruk.
4.Etika diambil dari bahasa Yunani yaitu ethos, yang memiliki arti adat atau suatu kebiasaan. Secara umum, etika adalah moralitas perilaku manusia. Etika berkaitan dengan bagaimana orang harus bersikap atau berperilaku, serta menemukan definisi perilaku yang benar dan kehidupan yang baik. Penting untuk diingat bahwa etika berbeda dengan moralitas. Ini dikarenakan etika menunjukkan teori tentang perilaku yang benar dan kebaikan yang besar, sedangkan moralitas menunjukkan adanya praktik, yaitu perilaku atau tindakan manusia yang benar atau salah.
Ditinjau dari pengertian dan konsepnya, filsafat merupakan disiplin ilmu yang sangat erat dengan kehidupan serta aktivitas manusia. Keberadaannya membantu individu untuk berpikir secara mendalam dan rasionalis agar dapat menjawab sebuah pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh Panca Indra. Filsafat akan selalu melangkah bersama konsep ilmu pengetahuan, terkhususnya ilmu Hubungan Internasional.
Sebelum mengetahui peran filsafat dalam ilmu Hubungan Internasional, mari terlebih dahulu kita bahas apa itu Ilmu Hubungan Internasional.
3.Pengertian Ilmu Hubungan Internasional
Ilmu Hubungan Internasional adalah bagian dari sosiologi yang khusus mempelajari masyarakat internasional (sociology of international relations). Secara umum, ilmu Hubungan internasional tidak hanya mencakup isu internasional saja, tetapi juga mencakup unsur-unsur ekonomi, sosial, budaya, hankam, dan sebagainya, seperti misalnya, perpindahan penduduk (imigrasi dan emigrasi), pariwisata, olimpiade (olahraga), atau pertukaran budaya (cultural exchange). The Dictionary of World Politics mengartikan Hubungan Internasional sebagai suatu istilah yang digunakan untuk melihat seluruh interaksi antara aktor-aktor negara dengan melewati batas-batas negara. Studi tentang Hubungan Internasional banyak diartikan sebagai suatu studi tentang interaksi antar aktor yang melewati batas-batas negara. Pengertian lain datang dari David C. Mcclelland yang mendefinisikan Hubungan Internasional secara jelas sebagai studi tentang interaksi antara jenis-jenis kesatuan-kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan-keadaan relevan yang mengelilingi interaksi.
Stanley Hoffmann menyatakan bahwa ilmu Hubungan Internasional sebagai subjek akademis terutama memperhatikan hubungan politik antarnegara. Adanya kata "terutama" dalam definisi arti sempit ini menunjukkan bahwa di samping negara ada juga pelaku internasional, transnasional, dan supranasional yang lain seperti PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), UE (Uni Eropa), MNC (Multi National Corporation), LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), IGOs (Inter-Governmental Organizations), INGOs (Inter Non-Governmental Organizations) dan sebagainya. Hubungan Internasional akan berkaitan dengan segala bentuk interaksi antara masyarakat negara-negara, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun warga negara. Hubungan Internasional mencakup pengkajian terhadap politik luar negeri dan politik internasional, dan meliputi segala segi hubungan di antara berbagai negara di dunia.
4. Jadi, bagaimana eksistensi serta peranan Filsafat dalam Studi Hubungan Internasional?Â
Secara umum filsafat merupakan pengetahuan metodis sistematis dan reflektif tentang seluruh kenyataan, filsafat adalah aktivitas berpikir secara mendalam tentang pertanyaan-pertanyaan besar. Filsafat dalam Hubungan Internasional bertujuan untuk membantu individu atau kelompok menemukan metode yang tepat , mencoba memahami pertanyaan yang sulit dijawab, filsafat berperan untuk  menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal, tujuan, dan makna Hubungan Internasional.
Dalam dunia filsafat terdapat teori-teori serta konsep yang tercipta guna membantu mengembangkan ilmu pengetahuan agar benar-benar memiliki hasil pemikiran yang terintegrasi dan masuk dalam struktur disiplin. Ilmu Hubungan Internasional merupakan salah satu bidang studi yang turut melibatkan Filsafat dalam mencari dan menjelaskan pendasaran secara terbuka, kritis, dan logis tentang bagaimana cara kita mengatasi masalah yang ada dalam suatu negara dengan berpikir secara radikal (berpikir sampai pada akarnya).
Ilmu filsafat juga mampu membuka pandangan yang luas, sehingga dapat membendung egoisme dan egosentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan kepentingan dan kesenangan diri sendiri). Sehingga dengan adanya filsafat dalam Hubungan Internasional ini tentu akan membantu kita dalam memperoleh hasil yang akurat guna mempertahankan kejelasan analitis dan sebagai cara untuk menggambarkan aspek-aspek yang sangat spesifik dalam bidang Hubungan Internasional. Filsafat juga berperan dalam menemukan jawaban tidak mutlak yang berlaku sepanjang masa, artinya jawaban dapat berubah karena perubahan atau mengikuti perkembangan zaman dan IPTEK, memberikan kita kemudahan dalam menganalisis mengemukakan ide yang jelas serta rasional.
Filsafat merupakan komponen penting dalam kepemimpinan
Maksudnya ia dapat digunakan untuk menggugat, mempertanyakan, mengubah dan mengajukan definisi ulang tentang konsep-konsep dan praktek yang telah lama dilakukan di suatu negara. Konsep-konsep tersebut, seperti konsep negara, konsep kekuasaan, dan konsep otoritas. Ketika aktor pemerintah atau nonpemerintah melihat input ke dalam proses negara dan pemerintahan, filsafat menjadi jembatan kepentingan untuk melihat masalah dari berbagai sisi dan menyebarkan nilai dan pencapaian teknologi ke dalam kehidupan.  Hadirnya filsafat dapat membantu mengatur waktu,  diri, serta pola pikir dalam menata kehidupan yang terus berubah. Dalam berfilsafat tentu akan membantu kita untuk berpikir kritis, kreatif dan independen selain itu memudahkan seseorang dalam proses mencari suatu jawaban dari suatu permasalahan dari melihat berbagai sudut pandang yang berbeda.  Meskipun dalam proses berfilsafat sendiri terkadang memberikan banyak pro-kontra dalam menelaah suatu permasalahan, namun harus diakui bahwa  berpikir dan berdiskusi ini merupakan salah satu metode filsafat dalam menemukan suatu jawaban atas permasalahan merupakan bagian dari cara hidup yang banyak dilakukan oleh masyarakat. Oleh sebabnya, mengaplikasikan filsafat pada Hubungan Internasional tentu akan membantu membentuk karakter seseorang untuk dapat membangun hubungan dalam lingkup kerja serta dalam meningkatkan karakter kinerja yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H