Mohon tunggu...
Amiliyyah FiNuril
Amiliyyah FiNuril Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik dalam Pendidikan Agama Islam

29 November 2023   10:56 Diperbarui: 29 November 2023   11:51 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, pengaruh konflik dapat berdampak negatif maupun positif. Dengan cara yang sama, institusi pendidikan Islam dapat mendukung berbagai proses untuk mencapai visi, misi, dan tujuan mereka. Sementara dampak negatif dapat mengganggu atau bahkan menghambat tujuan tersebut. Oleh karena itu, konflik yang memiliki efek negatif ini harus ditangani atau dikelola dengan baik untuk mencegah hal yang lebih buruk yang dapat menghancurkan institusi pendidikan Islam.

C.Cara Menyikapi Konflik Sosial Dalam Pendidikan Islam

Konflik sosial dalam pendidikan Islam dapat terjadi dalam berbagai bentuk, antara lain perselisihan pendapat antara siswa, guru, dan penyelenggara. Konflik-konflik ini mungkin timbul karena perbedaan keyakinan, nilai-nilai, dan praktik. Misalnya, siswa mungkin memiliki penafsiran yang berbeda-beda terhadap ajaran Islam, sehingga menimbulkan perbedaan pendapat dan konflik. Selain itu, konflik mungkin timbul karena perbedaan budaya dan etnis di antara siswa. Konflik-konflik tersebut dapat berdampak negatif pada lingkungan belajar, menimbulkan ketegangan, kecemasan, dan penurunan prestasi akademik. Untuk mengatasi konflik sosial dalam pendidikan Islam, penting untuk memahami penyebab konflik tersebut. Beberapa penyebabnya antara lain kesalahpahaman, perbedaan budaya, dan ketidakseimbangan kekuasaan.

Di dalam lembaga pendidikan yaitu sekolah, konflik dapat terjadi dalam semua tingkatan, baik intrapersonal, interpersonal, intragroup, intergroup, intraorganisasi, maupun interorganisasi:

1.Konflik intrapersonal: Ini adalah konflik internal seseorang. Ini terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan dan bingung mana yang harus dilakukan. Salah satu contohnya adalah konflik antara individualitas dan konformitas, siswa mungkin mengalami konflik batin antara keinginan mereka untuk tetap mengikuti kelompok atau norma sosial tertentu dalam lembaga pendidikan Islam dan keinginan untuk menjadi individu yang unik dan mandiri. Mereka mungkin merasa tertekan antara menyesuaikan diri dengan kelompok mereka dan mengungkapkan identitas mereka sendiri sebagai individu yang berbeda.

2.Konflik interpersonal; yaitu konflik yang terjadi antar individu. Konflik interpersonal terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu, tindakan dan tujuan dimana hasil bersama sangat menentukan. Contohnya, Contoh konflik interpersonal dalam lembaga pendidikan Islam adalah antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa lainnya. Misalnya, seorang guru mungkin memiliki konflik dengan seorang siswa karena adanya perbedaan pendapat atau pandangan dalam pelajaran agama. Siswa mungkin tidak setuju dengan apa yang diajarkan oleh guru dan menantang pandangan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan antara guru dan siswa yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Contoh lainnya yaitu, konflik antar tenaga kependidikan dalam memilih mata pelajaran unggulan daerah.

3.Konflik intragroup; yaitu konflik antaranggota dalam satu kelompok. Contohnya, Konflik ini mungkin timbul karena perbedaan pemahaman dalam menjalankan ibadah, seperti perbedaan dalam waktu shalat, gaya berpakaian yang dianggap kurang Islami, atau kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang dianggap bertentangan dengan prinsip-prinsip agama Islam. Selain itu, konflik intragroup juga bisa muncul karena perbedaan interpretasi dalam memahami ajaran agama Islam. Misalnya, perbedaan pendapat mengenai hukum-hukum Islam yang diterapkan di lembaga tersebut, seperti perbedaan pendapat mengenai hukuman untuk pelanggaran aturan atau perbedaan dalam penekanan terhadap pelajaran agama tertentu.

4.Konflik intergroup; yaitu konflik yang terjadi antarkelompok. Konflik intergroup terjadi karena adanya saling ketergantungan, perbedaan persepsi, perbedaan tujuan dan meningkatnya tuntutan akan keahlian. Contohnya, jika terjadi perbedaan pendapat terkait kebijakan sekolah atau kepemimpinan, hal ini dapat memicu konflik antar kelompok pengajar. Misalnya, kelompok yang lebih tradisional dan kelompok yang lebih progresif, mungkin menghadapi konflik terkait penekanan pada nilai-nilai dan praktek keagamaan tertentu.

5.Konflik intraorganisasi; yaitu konflik yang terjadi antarbagian dalam suatu organisasi. Contohnya, terjadi persaingan atau ketidaksetujuan terkait dengan pemanfaatan ruang kelas atau fasilitas pengajaran. Misalnya, beberapa pengajar mungkin merasa tidak puas dengan alokasi ruang kelas atau waktu pengajaran yang diberikan. Dan terjadi karena perbedaan pendekatan pengajaran antar pengajar. Sebagai contoh, mungkin ada perbedaan pendapat terkait penerapan metode pengajaran atau kurikulum, yang dapat menciptakan ketidakharmonisan dalam tim pengajar.

Mengikuti perspektif Burton (1990) dalam Folder, et al. bahwa penyelesaian konflik dapat dilakukan dalam tiga cara. Pertama, dengan upaya memanajemen untuk menyelesaikan perselisihan melalui penyelesaian perselisihan alternatif. Konflik dalam masyarakat harus diurus dengan baik agar tidak meluas ke pihak lain. Ini berarti konflik harus diurus dalam skala yang lebih luas, yaitu sehingga semua pihak yang berkonflik dapat mengidentifikasi solusi alternatif untuk masalah tersebut dan melakukan solusi tersebut secara bersamaan. 

Kedua, yaitu dengan settlement atau penyelesaian konflik, melalui proses yang didasarkan pada otoritas dan hukum yang dapat dipaksakan oleh kelompok elit. Sebagai pihak yang memiliki otoritas, peran penguasa sangat penting dalam penyelesaian konflik. Untuk penyelesaian konflik seperti ini, para elit penguasa harus memiliki pemahaman tentang bagaimana menyelesaikannya. Ini membuat penguasa menjadi sentralistik dengan menawarkan solusi alternatif untuk konflik. Konsep-konsep hukum yang tertanam dalam struktur yang sudah ada digunakan untuk mencapai tujuan ini. Jika konflik diselesaikan secara hirarki dengan fokus pada hukum yang berlaku, penyelesaian konflik akan lebih efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun