Dalam konflik dalam pendidikan islam tidak bisa kita hindari sesuai dengan kehendak diri kita. Ada dua pandangan berbeda mengenai akibat atau akibat dari keberadaan konflik. Pandangan pertama adalah bahwa konflik adalah gejala bahaya dan tanda-tanda ketidakstabilan institusi atau organisasi. Implikasinya, menurut pandangan pertama, konflik sering terjadi di suatu lembaga pendidikan menunjukkan bahwa lembaga tersebut semakin lemah dan rentan terhadap bahaya, sehingga perlu diselesaikan segera.Â
Di sisi lain, konflik menunjukkan dinamika dalam suatu organisasi atau lembaga, yang memungkinkan kemajuan. Jika tidak ada konflik dalam suatu organisasi atau lembaga, berarti tidak ada motivasi sama sekali, kalaupun konflik harus diatasi, kemajuan masih jauh dari tercapai.
Pendapat pertama adalah bahwa konflik itu ada bahaya yang suatu hari nanti mungkin mengancam kelangsungan hidup dan kelangsungannya organisasi atau lembaga. Sedangkan perspektif kedua melihat konflik sebagai tantangan yang dapat dijadikan stimulus bagi kemajuan institusi atau organisasi. Pendapat kedua memberikan respon positif terhadap konflik tersebut. Namun kedua pendapat tersebut dapat digabungkan untuk menyepakati perlunya manajemen konflik, yaitu cara mengelola konflik. Jika konflik tidak dipahami sebagai suatu keniscayaan yang dapat membawa kebaikan, khususnya dalam kehidupan beragama, maka konflik menjadi hal yang tidak biasa dan menjadi sumber petaka dalam kehidupan organisasi, termasuk lembaga pendidikan.Â
Misalnya, lembaga pendidikan Islam sering menjadi subjek pemberitaan di media cetak dan sosial karena beberapa dari mereka telah mencapai kemajuan besar dan kemudian "berhenti" dan "gulung tikar" karena kemungkinan untuk menyelesaikan konflik yang disebabkan oleh perbedaan pendapat atau faktor lain. Jika lembaga pendidikan tidak dapat dikelola dengan baik, perbedaan pendapat, pemikiran, atau bahkan perseteruan dalam jabatannya dapat berdampak baik atau buruk. Hal-hal kecil dapat berkembang menjadi masalah yang lebih besar, atau masalah yang lebih besar dapat diredakan karena kemampuan untuk mengatur dan mengendalikan konflik tersebut.
Seiring berjalannya waktu, manifestasi kekerasan konflik berskala besar menjadi semakin beragam. Inilah sisi buruk konflik dan memerlukan analisis sosiologis untuk mengatasinya dan menjadikannya sebagai kekuatan perubahan dalam organisasi pendidikan dan kehidupan masyarakat. Pendidikan Islam, yang berasal dari ajaran Islam sebagai agama yang utuh, mengajarkan cara menangani konflik dengan baik. Ayat-ayat dalam Al-Qur'an dan Hadits merupakan sumber utama informasi tentang konsep konflik dan cara menyelesaikannya.Â
Dalam ajaran Islam, konflik dianggap sebagai ujian yang harus dihadapi dengan bijak dan adil. Ayat-ayat Al-Qur'an mengajarkan pentingnya berdialog, meredakan ketegangan, dan mencari solusi yang adil dalam menangani konflik. Selain itu, Hadits juga memberikan contoh-contoh perilaku Rasulullah SAW dalam menyelesaikan konflik dengan penuh kebijaksanaan dan keadilan.
Pendidikan Islam tidak hanya mengajarkan keterampilan intelektual, tetapi juga membimbing individu dalam mengembangkan kualitas kepribadian yang mampu mengelola konflik dengan baik. Mengutamakan perdamaian, toleransi, dan keadilan dalam menanggapi perbedaan merupakan nilai-nilai yang ditanamkan dalam pendidikan Islam, sebagai cara untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan penuh kasih sayang.
Selain itu, Nabi juga mencontohkan bagaimana menangani konflik dan mengubahnya menjadi sesuatu yang produktif dalam hidup. Oleh karena itu, konflik dalam konsep Islam disamakan dengan kata "ikhtilaf" yang berarti ketidakkonsistenan/perbedaan, alih-alih menimbulkan perpecahan, justru menjadi keberagaman yang menciptakan keselarasan dalam pengembangan pendidikan Islam.
Konflik di lembaga pendidikan islam biasanya terjadi karena :Â
1.persepsi yang berbeda tentang sesuatu;Â
2.perbedaan sifat dan karakteristik setiap orang;Â