Namun, di lapangan, terkadang mereka selalu merasa kekurangan, sehingga mereka berusaha mencari tambahan, entah dengan jalan baik atau dengan jalan tidak baik alias "maling" (maaf-maaf-maaf).
Ini terbukti, dengan merajalelanya kasus korupsi, ada yang menyalahgunakan kekuasaan untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya, ada yang menerima gratifikasi, dan bentuk lainnya.
Entah uang tersebut, akan mereka gunakan untuk menumpuk kekayaannya atau mereka akan gunakan untuk kepentingan memperoleh jabatan yang lebih "gede" lagi yang notabene untuk mendapatkannya membutuhkan uang atau modal yang tidak kecil atau mereka akan gunakan untuk mempertahankan jabatan atau untuk mendapatkan jabatan yang sama atau lebih tinggi pada periode berikutnya, dan ini bukan rahasia umum lagi!.
Bila disimak, aspek kekurangan yang dirasakan pekerja yang memperolah pendapatan pas-pasan tersebut, memang wajar, karena pendapatan yang mereka peroleh tidak mencukupi.
Namun, bagi mereka yang berpendapatan besar, masih merasa kurang untuk memenuhi kebutuhan normal (primer,sekunder dan tersier), selayaknya lah tidak demikian, karena pendapatan besar yang mereka peroleh tersebut justru bisa lebih jika hanya untuk memenuhi kebutuhan normal mereka.
Namun, karena ada unsur "mau cepat kaya", "mau menimbun kekayaan secara instan", dalam rangka untuk mewujudkan tujuan tertentu agar dengan pendapatan yang diperoleh dari hal-hal yang tidak baik tersebut dapat mewujudkan tujuan tertentu tersebut.
Inilah faktanya! Apa yang mau dikata? Namun, setidaknya dengan mencermati fenomena dan dengan berbagi solusi ini, paling tidak kita akan menyadarkan mereka yang belum terlanjur melakukan hal tersebut.
 Mengapa Harus Demikian?
Bila ditilik dari pemenuhan kebutuhan, pendapatan besar yang mereka peroleh tersebut, idealnya "sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup layak bahkan lebih dari itu". Tetapi, kenyataannya tidak sedikit dari mereka yang mau kaya raya, mau hidup bermewah-mewahan dan atau menjadi kalangan "jet-zet".
Tidak heran, jika ada anggota keluarga mereka dan mereka sendiri, berbelanja saja harus ke luar negeri. Sebagian besar dari mereka dalam berpakaian lebih mengutamakan aspek gengsi tinggi ketimbang kebutuhan layak, membeli pakaian dengan harga ratusan juta, membeli kendaraan mewah lebih dari satu dan seterusnya.
Singkat kata gaya hidup glamor dan hedonis sudah melekat pada mereka yang sudah menduduki jabatan ini dan itu yang mendatangkan pendapatan besar tersebut.