Fenomena ini bisa terjadi, karena kita hanya membatasi CC kendaraan, sementara pemilik kendaraan tersebut, bisa saja orang dari kalangan kelas menengah, karena mobil tersebut diperolehnya dari "hadiah" atau dari "pemberian orang lain", sementara ia tergolong kelas mengah yang belum mampu membeli BBM non subsidi tersebut.
Memang fenomena ini, tidak begitu mempengaruhi penyimpangan BBM subsidi, karena jumlah konsumen yang demikian tidak banyak. Namun, bila sikap metal yang melatari-nya, saya yakin penyimpangan seperti ini  masih terjadi dan terjadi dalam jumalah yang besar/banyak, apalagi bila pihak SPBU tidak selektif dalam melayani pembelian BBM subsidi tersebut.
Bila diperhatikan, selama ini tidak sedikit kendaraan  yang selayaknya tidak diperbolehkan membeli BBM subsdi atau dengan kata lain tidak layak mendapatkan subsidi, justru mereka membeli BBM subsidi. Saya sering "iseng" menanyakan pada salah satu petugas SPBU,  pada saat mobil  saya sudah mendekti petugas SPBU setelah antri dibelakang mobil tersebut, "dek/mbak/mas, mobil tadi membeli pertalite atau pertamax, jawab mereka pertalite pak.
Nah, jika itu dilakukan oleh banyak pemilik kendaraan yang selayaknya tidak mendapatkan subsidi, mereka membeli BBM subsidi, maka jelas akan terjadi penyimpangan dan akan menyebabkan subsidi BBM tidak efektif.
Dengan demikian, sistem pemeblian BBM subsidi dengan QR code  sudah baik, namun, masih perlu pemantauan dilapangan, terutama jika ada penyimpangan, terutama jika masih ada konsumen yang "mengabaikan" aspek moral.
Idealnya,  jika bukan hak kita, mengapa kita harus mengambilnya. Jika kita tergolong kalangan menengah atas atau "orang kaya", mengapa kita harus mengambil hak orang lain, yang memang berhak atas subsidi BBM tersebut. Dengan demikian, masih kembali kepada konsumen-nya. QR code  yang sudah diberlakukan tersebut, dalam hal aspek moral harus dikedepankan, agar tidak lagi terjadi  penyimpangan,  sehingga  subsidi BBM bisa efeftkif. Semoga!!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H