Dengan demikian, sepertinya sulit untuk mendapatkan cakada yang ideal yang kita inginkan tersebut. Tinggal kita memilih dan memilah cakada mana yang akan kita pilih, yang mendekati ideal tersebut, walaupun tidak semuda "membalik telapak tangan".
Bagaimana Sebaiknya?
Sebagai warga negara yang baik, kita harus tetap "memilih" atau harus menentukan pilihan kita, walaupun sekalipun ada unsur keterpaksaan.
Lantas, bagaimana dengan kondisi yang ada saat ini, apakah kita harus menjadi konsumen atau pemilih yang tidak rasional?
Menurut hemat saya, kita tetap memposisikan diri sebagai konsumen atau pemilih yang rasional, pilih-lah cakada menurut kita yang bisa mendekati kriteria yang kita inginkan.
Memang antar konsumen atau pemilih yang satu dengan yang lain tidak sama kriteria yang mereka tetapkan, karena konsumen atau pemilih terdiri dari berbagai kalangan, ada kalangan masyarakat umum, PNS, pegawai swasta, kalangan pelaku bisnis, kalangan birokrat sendiri dan lainnya.
Dari berbagai kalangan tersebut, mungkin mereka sudah menetapkan kriteria cakada yang akan dipilih-nya. Atau mereka sudah ada kepentingan tersendiri, silahkan saja!
Namun, kriteria umum yang harus kita "acuh" tetap harus menjadi pertimbangan, seperti cakada tersebut harus orang memiliki "catatan perjalanan hidup" yang baik, cakada tersebut adalah orang yang tidak terlibat kejahatan, cakada tersebut paling tidak "tahu" tentang pengetahuan "birokrasi pemerintahan" dan mampu menjalankan roda kepemerintahannya.
Konsumen atau pemilih, usahakan jangan terjebak dengan rayuan uang/rupiah recehan tersebut, walaupun saat ini jumlahnya terus membesar, kita akan rugi selama lima (5) tahun ke depan, suatu waktu yang tidak singkat.
Mari kita menjadi konsumen atau pemilih yang bijak, agar kejayaan daerah dan atau negeri ini masih tetap terjaga, sehingga kita akan benar-benar "sejahtera".
Selamat berjuang!!!!!