Oleh Amidi
Rumah Sakit di negeri ini, secara kuantitas pada dasarnya sudah cukup, namun secara kualitas dirasakan masih perlu pembenahan.
Indikasi ini diperlihatkan pada saat negeri ini dilanda pandemi covid-19 beberapa waktu lalu, tidak sedikit rumah sakit kekurangan peralatan kesehatan yang dibutuhkan.
Memang dari sisi tenaga kesehatan, dokter, perawat dan tenaga penunjang medis lainnya, boleh dibilang sudah tersedia dan sudah cukup mampu menangani pasien atau konsumen yang membutuhkan pelayanan kesehatan di negeri ini.
Namun, baik tenaga kesehatan dan peralatan atau sarana dan pra sarana yang harus tersedia di rumah sakit sama-sama dibutuhkan dalam melayani konsumen atau pasien.
Tenaga kesehatan yang mumpuni tidak cukup, jika tidak ditunjang oleh peralatan atau sarana dan pra sarana kesehatan yang baik dan lengkap. Sebaliknya sarana dan prasarana kesehatan yang lengkap tidak cukup, jika tidak ditunjang oleh tenaga kesehatan yang mumpuni.
Berbenah.
Salah satu hikmah dari pandemi beberapa tahun yang lalu, pemilik atau pengelola rumah sakit, diingatkan oleh kasus pandemi beberapa waktu yang lalu. Mereka "mulai menyadari" kalau sarana dan pra sarana yang mereka miliki ternyata masih kurang, belum lengkap untuk melayani pasien.
Hikmah pandemi menuntut pemilik atau pengelola rumah sakit untuk terus berbenah, mulai dari menerapkan "standar pelayanan" sampai pada penyediaan sarana dan pra sarana yang dibutuhkan dalam melayani pasien
Jika "standar pelayanan" sebelumnya hanya dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan akreditasi rumah sakit, namun dengan adanya pandemi, mereka harus mengedepankan "standar pelayanan" tersebut.
Penyediaan sanitaiser atau media untuk mencuci tangan sebelum menyentuh dan sesudah melakukan pelayanan kepada pasien mutlak harus disediakan.
Di sudut-sudut rumah sakit, harus tersedia sarana mencuci tangan, harus terpasang "instruksi dan petunjuk" cara mencuci tangan yang benar dan harus ada petugas yang mengawasi pasien atau pengunjung rumah sakit agar patuh dan taat menjalankan/mematuhi Standar Prosedur Operasional (SPO) yang telah dibuat.
Singkat kata, dengan adanya pandemi beberapa waktu yang lalu, pemilik dan atau pengelola rumah sakit harus benar-benar "sigap" dan harus benar-benar dapat menjalankan/mematuhi SPO yang ada.
Rumah Sakit Asing Akan Menyerbu!
Para pelaku bisnis di bidang kesehatan, rumah sakit dan lainnya yang ada di "seberang sana" atau di luar negeri, melihat dan memperhatikan bagaimana pelayanan atas adanya pandemi, mereka melihat bahwa pelayanan dan peralatan atau sarana pra sarana rumah sakit ternyata masih kurang, dengan demikian, mereka melihat bahwa ada peluang untuk mereka masuk (entry) pasar kesehatan di negeri ini.
Selain peluang untuk membuka rumah sakit terbuka lebar, mereka pun sudah mengetahui kalau tidak sedikit rumah sakit yang ada di negeri ini yang belum "mampu" melakukan pelayanan yang diharapkan pasien.
Sehingga, tidak heran, kalau tidak sedikit anak negeri ini yang berobat ke luar negeri, calon pasien yang akan berobat pada rumah sakit asing memang tidak sedikit.
Mereka melihat bahwa sebelum mereka hadir di negeri ini saja, para pasien atau konsumen yang akan menggunakan jasa kesehatan sudah berlomba-lomba untuk berobat ke tempat mereka atau ke luar negeri, misalnya di rumah sakit di Singapura dan rumah sakit di Malaysia.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, mengatakan salah satu alasan masyarakat berobat ke luar negeri karena layanan kesehatan belum merata di seluruh rumah sakit, mereka lebih memilih berobat ke luar negeri karena lebih dekat dan harga (ongkos) transportasi lebih murah.
Pada bagian lain Presiden pernah menyinggung bahwa negara kehilangan devisa US$ 11,5 miliar atau Rp. 180 triliun karena banyak masyarakat yang memilih berobat ke luar negeri yang mencapai 1 juta lebih. (tempo.co, 27 April 2024)
Untuk itu, kondisi ini, yang mendorong pihak asing tertarik ingin mengembangkan dan atau membuka rumah sakit di negeri ini. Berdasarkan infromasi di salah satu kota di negeri ini sudah akan berdiri rumah sakit asing, belum lagi di tempat lainnya.
Nah, kondisi ini ditambah kondisi pandemi yang melanda negeri ini beberapa waktu lalu, tak ayal lagi akan mendorong mereka untuk mendirikan rumah sakit di negeri ini. Apakah mereka akan mengembangkan rumah sakit yang mereka miliki saat ini, atau mereka selaku investor tertarik akan mendirikan rumah sakit di negeri ini.
Apa yang Harus Dilakukan?
Bila di simak, tidak sedikit di kalangan pelaku bisnis kesehatan (rumah sakit) di negeri ini yang "merasa takut" akan hadirnya rumah sakit asing tersebut.
Tidak hanya itu, di kalangan tenaga kesehatan atau dokter pun mulai merasa "khawatir" akan "tersaingi" dengan banyaknya tenaga dokter asing yang akan menyerbu "dunia kesehatan" di negeri ini.
Betapa tidak, dari sisi keyakinan saja para pasien yang ada di dalam negeri ini sudah "merasa yakin" dengan dokter asing tempat mereka berobat selama ini. Belum lagi dari sisi "sugesti", dari sisi sarana dan pra sarana yang akan mereka hadirkan dalam melayani pasien.
Dengan demikian, maka sedikit banyak, rumah sakit di negeri ini akan "terpengaruh" dengan hadirnya rumah sakit asing tersebut.
Untuk itu, jauh-jauh hari kita harus mempersiapkan diri, apa yang harus kita lakukan dalam mengimbangi dan mengantisipasi akan hadirnya rumah sakit asing tersebut.
Pertama. Penyediaan dan peningkatan kualitas sarana pra sarana yang dimiliki mutlak harus dilakukan.
Kedua. Memperbaiki dan meningkatkan pelayanan kesehatan harus menjadi agenda semua rumah sakit yang ada di negeri ini.
Ketiga. Tenaga Kesehatan harus sedapat mungkin meng-up-grade diri, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, dalam rangka menjawab kebutuhan pasien atau konsumen.
Keempat. Perlu suatu pengaturan, agar tercipta kondisi usaha yang kondusif dan persaingan yang sehat antara rumah sakit dalam negeri dengan rumah sakit asing yang akan hadir nanti.
Kelima. Berikan bantuan dan insentif kepada rumah sakit swasta yang masih menghadapi kendala keuangan dalam penyediaan peralatan yang mumpuni dan memadai.
Pengalaman saya pada saat diamanahi menjadi direktur keuangan salah satu rumah sakit, menurut saya yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana kita memberi "keyakinan" kepada pasien selaku anak negeri ini, bahwa pelayanan rumah sakit kita tidak kalah dengan rumah sakit asing yang akan hadir.
Untuk itu semua pihak harus komitmen untuk memajukan rumah sakit yang ada di negeri ini. Faktor efisiensi dalam dunia kesehatan mutlak harus dilakukan, pangkas semua faktor yang menyebabkan ketidakefisienan, agar biaya atau harga berobat tidak menjadi mahal.
Selamat Berjuang!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H