Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Jalan Pejuang Ekonomi Almarhum Bang Faisal Basri

6 September 2024   13:59 Diperbarui: 6 September 2024   14:29 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Diyakini bila beliau masih hidup dapat dipastikan berbagai gagasan dan kontribusi pemikirannya akan mengalir untuk  perbaikan daerah yang akan di pimpin oleh  kepada calon kepala daerah (cakada). Beliau sangat konsen dengan suatu perubahan, perbaikan, dan pengembangan (development). Memang negeri ini butuh perubahan yang mendasar, butuh percepatan dan butuh pimpinan-pimpinan  visoner yang diyakini dapat memperbaiki kondisi yang ada dan dapat mempercepat laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah.

Almarhum Faisal Basri se masa hidupnya sangat inten dan getol memperjuangkan penyimpangan penggunaan dan pemanfaatan Sumberdaya Alam (SDA), seperti masalah tambang/penambangan. Masalah Investasi, masalah utang negara dan lain sebagainya, singkat kata beliau menyoroti permasalahan ekonomi yang dikaitkan dengan politik atau ekonomi politik, karena memang bidang beliau.

Media ramai-ramai memberitakan almarhum sebelum meninggal, sedang menyoroti  3 (tiga) hal yakni masalah utang pemerintah,  bagi-bagi izin tambang dan PPN.  Seperti yang disinyalir tempo.co, bahwa beliau menyoroti utang pemerintah yang terus membengkak, bagi-bagi izin tambang dan rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen tahun depan.

Sebenarnya, tidak hanya beliau yang menyoroti tiga hal tersebut, beberapa ekonom lain pun demikian, baik ekonom satu tempat pengabdian dengan beliau (UI), maupun yang berasal dari "gudang ilmu" lainnya. Namun, kebanyakan orang berpendapat bahwa almarhum Faisal Basri dalam menyoroti tiga hal tersebut lebih "gereget", dibandingkan dengan yang lain. Terkadang yang lain hanya datar-datar saja, namun sorotan beliau terkadang membuat pihak yang kena kritik "merana".

Tidak hanya itu, sebelumnya, berbagai permasalahan ekonomi yang timbul dan melanda negeri ini, disoroti beliau dengan kritis, cerdas dan berani. Jika di bidang filsafat negeri ini mempunyai salah seorang bernama Rocky Gerung, sementara di bidang ekonomi negeri ini mempunyai seorang bernama Faisal Basri.

Sebenarnya negeri ini tidak sedikit dan tidak kekuarangan dengan anak negeri yang cerdas.  Maaf, maaf,maaf, sepertinya hanya beberapa bagian saja dari anak negeri yang cerdas tersebut yang mucul kepermukaan dan yang peduli dengan persoalan yang dihadapi negeri ini. Semoga akan ada dan banyak yang bisa menggantikan anak negeri yang peduli yang sudah almarhum/meninggal tersebut, mereka sebagai pengganti tersebut akan menjadi penerus sebagai pejuang amar ma'ruf nahi munkar pada bidang nya masing-masing, bidang ekonomi, hukum dan lainnya.

Hanya Perlu Santun.

           

Seorang yang cerdas, kritis dan berani itu sebenarnya biasa saja, namun terkadang yang justru menjadi "kontoversial" tersebut karena seseorang yang cerdas, kritis dan berani tersebut mereka dalam melakukan kritik terkadang sangat "prontal", "dengan gaya sarkasme", "tidak berfilosofis" dan "bentuk lain" yang kurang disenangi banyak orang, terlebih orang atau pihak yang merasa kena kritik tersebut.

Kritik yang diluncurkan dengan sopan, dengan halus, dengan tidak menghakimi, dengan "gaya mencubit kecil", dengan santun, mungmin akan jauh lebih baik dan lebih di senangi atau di sukai banyak orang, terlebih orang atau pihak yang merasa kena kritik.

Hindari meng-kritik seakan-akan menghakimi, seakan-akan menampar muka, seakan-akan mau menjatuhkan, singkat kata mari kita ramai-ramai mengkritik se- seorang, salah satu pihak, suatu institusi demi memperbaiki dan atau membantu mensolusi permasalahan yang dihadapi se-seorang tersebut, demi membantu mensolusi permasalahan yang dihadapi salah satu pihak, dan demi membantu mensolusi permasalahan yang dihadapi suatu institusi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun