Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Perilaku Nasabah Kelas Menengah, "Masuk-Tarik" Kini Makin Marak?

31 Juli 2024   16:15 Diperbarui: 1 Agustus 2024   12:43 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- tabungan. (Dok Shutterstock via Kompas.com)

Oleh Amidi

Fenomena "makan tabungan" yang melanda kalangan kelas mengenah di negeri ini menarik untuk dicermati, karena selain mengkhawatirkan pihak perbankan, juga akan menggeser perilaku mereka dalam bertransaksi.

Walaupun pihak perbankan masih diuntungkan dengan adanya perilaku mereka cendrung menarik simpanannya di bank, namun pihak bank pun harus mewanti-wantinya. Bisa saja, "menggerus" nasabah untuk tidak menggandrungi bank lagi.

Jumlah Nasabah.

Berdasarkan infromasi BPS bahwa data Susenas 2021 saja jumlah kelas menengah atas sebanyak 22,14 persen dan menegah bawah sebanyak 69,05 persen. Jumlah ini terus merosot, karena mereka turun kelas.

Jumlah kelas menengah di negeri ini terus merosot, akibat tekanan kenaikan harga dan turunnya pendapatan. Prof. Wasiaturrahma Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universtas Airlangga (Unair) mengatakan jumlah kelas menengah di negeri ini memang terus merosot. 

Berdasarkan data Bank Dunia jumlah kelas menengah pada tahun 2018 sebesar 23 persen dari jumlah penduduk, tahun 2019 menjadi 21 persen dan pada tahun 2023 anjlok menjadi 17 persen (suarasurabaya.net, 30 Juli 2024).

Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpnan (LPS) pada November 2022 saja total nasabah bank terdapat 489,1 juta jumlah rekening simpnan nasabah bank umum yang tersebar di suluruh Indonesia. Kemudian jumlah nasabah bank syariah pada tahun 2022 diperkirakan mencapai 25 juta.

Jika kita asumsikan dari data nasabah yang ada, 60 persen adalah nasabah kelas menengah, maka jumlah nasabah kelas menengah diperkirakan pada kondisi dua tahun terakhir ini mencapai sekitar 300 sampai 350 juta nasabah. Suatu angka yang tidak kecil, suatu jumlah yang tidak sedikit?

Perilaku Mereka (Masuk-Tarik).

Bila dicermati, perilaku nasabah kelas menengah atau kelas menengah bawah ini, selain kondisinya saat ini sudah "makan tabungan". Artinya, mereka akan memenuhi kebutuhannya atau mereka akan berbelanja sudah mengorek atau mengambil tabungan. Kondisi mereka saat ini sudah pun sudah "menghabisi tabungan" atau begitu masuk dana atas gaji/honor mereka, seketika itu langsung mereka tarik.

Kondisi ini membuat pihak bank harus bekerja keras untuk memburu nasabah dan atau menggiring nasabah agar tetap mempertahankan dana/simpanannya di bank. Sehingga, selain dengan cara "membujuk" atau promosi secara gencar, termasuk memberi hadiah yang "aduhai", mereka juga melakukan berbagai cara, sekalipun terkadang dengan cara "mencobat menahan" nasabah agar mereka mempertahankan dana simpananya di bank. Misalnya, jika nasabah mau menarik dananya, ditanya ini dan itu dulu, ditawari ini dan itu dulu, supaya nasabah batal menarik danannya. 

Betapa tidak, karena nasabah kelas menengah dan atau kelas menengah bawah ini, terbiasa dengan masuk-tarik. Saat ini hampir semua institusi/lembaga/unit bisnis telah membayar gaji/honor pekerja mereka melalui bank. 

Artinya, setiap bulan pada tanggal tertentu institusi/lembaga/unit bisnis tersebut melalui bendahara akan menstransfer gaji/honor para pekerjanya ke reking masing-masing yang dimiliki pekerja pada bank.

Nah, biasanya, begitu gaji/honor mereka baru saja masuk atau baru saja ditransfer oleh bendahara institusi/lembaga/unit bisnis tempat mereka bekerja, tidak lama kemudian sudah mereka tarik. 

Bahkan tidak heran bila mereka terus mengintip saldo mereka, untuk mengetahui apakah gaji/honornya sudah ditransfer atau belum. Misalnya jika institusi/lembaga/unit bisnis tersebut membayar gaji/honor pekerjanya setiap awal bulan atau setiap pada tanggal 1, maka bila pada tanggal 1 tersebut bertepatan dengan hari libur atau hari besar, mereka sudah mengintip-initip atau "mengecek" melalui ATM atau "mengecek" aplikasi bank yang dimilikinya sebelum tanggal 1, misalnya pada tanggal 29, 30 atau pada tanggal 31, siapa tahu bendahara sudah menstransfer pada tanggal tersebut.

Namun sayang, kebanyakan pihak institusi/lembaga/unit bisnis melalui bendahara terkadang bila tanggal 1 bertepatan dengan hari libur atau hari besar, biasanya mereka membayar pada tanggal berikutnya yakni pada tanggal 2 atau pada tanggal 3 hari kerja. Kasihan pekerja! 

Nasabah atau Bank yang Diuntungkan!

Nasabah akan dikenakan biaya administrasi apabila melakukan transaksi. Bank mengenakan biaya/jasa penarikan dana melalui mesin ATM, atau biaya adminsitrasi lainnya, baik transaksi dengan sistem manual maupun transaksi dengan sistem online atau digital. Semakin sering nasabah menarik dananya atau memindahkan (transfer) dananya, semakin besar biaya yang dikenakan pada nasabah.

Jika sekali transaksi biaya administrasi atau biaya menggunakan mesin ATM pada bank tempat kita menyimpan dikenakan sebesar Rp2.500,-, sekali transaksi, maka apabila kita melakukan 10 kali transaksi saja atau 10 kali sebulan menarik uang melalui mesin ATM nya, maka kita sudah dikenakan biaya sebesar Rp25.000,-, sebulan.

Belum lagi bila kita menarik uang pada mesin ATM milik bank lain atau pada mesin ATM bersama, maka kita akan dikenakan biaya tarik tunai melalui mesin ATM tersebut berkisar antara Rp7.500,- sampai R10.000,- sekali menarik uang. Dengan demikian, maka lebih besar lagi biaya yang dikenakan pada nasabah.

Begitu juga bila kita melakukan transaksi melalui aplikasi milik bank tempat kita menyimpan dana, selain kita akan dikenakan biaya administrasi atau biaya lainnya, kita juga harus menanggung biaya pulsa (paket pulsa) pada handphone yang kita gunakan untuk mengakses aplikasi tersebut.

Jika sebagian besar nasabah kelas menengah bawah tersebut melakukan yang demikian, katakanlah satu bank memiliki 1 juta nasabah notabene melakukan transaksi yang dikenakan biaya sekitar Rp25.000,- sebulan, karena sering melakukan transaksi atau sering menarik dana/simpnannya (10 kali sebulan), maka bank tersebut akan memperoleh penghasilan dari biaya tersebut sebesar Rp. 25 milyar. Suatu angka yang tidak kecil, bukan?

Bagaimana Sebaiknya?

Dari fenomena di atas, sepertinya bank pun masih diuntungkan. Namun, jika kondisi ini terus berlangsung, bukan tidak mungkin bank kehilangan nasabah, karena nasabah sudah lagi menyimpan dananya di bank. Jika mereka "terpaksa" gajian lewat bank juga, begitu gajian, langsung mereka tarik. Sebaiknya bank juga harus mengantispasinya!

Sebaiknya bagi kalangan kelas menengah atau menengah bawah tersebut, jangan terlalu sering mengambil atau menarik dananya, jika memungkinkan tariklah dalam jumlah besar, untuk memenuhi kebutuhan sebulan. Hindari menarik setiap hari atau se sering mungkin!

Kemudian bila memungkinkan cari bank yang biaya administrasi yang murah atau kecil. Bisa juga mencari bank yang meng-gratis-kan untuk transksi tertentu.

Kemudian untuk menghindari penarikan dana di bank, perlu menambah penghasilan, misalnya dengan jalan bekerja sampingan atau menciptakan passive income, sayang tidak semua orang bisa melakukannya.

Selanjutnya perlu adanya dorongan menekan kenaikan harga-harga agar pendapatan ril anak negeri ini tidak turun dan sedapat mungkin memperbanyak lowongan kerja agar beban orang yang sudah bekerja menjadi ringan.

Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana mendorong pertumbuhan ekonomi negeri ini, agar anak negeri ini bisa keluar dari kondisi sulit yang dihadapinya saat ini. Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun