Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan.Bisnis Universitas Muhamadiyah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Bagaimana Konsumen Menyikapi "Godaan" Kasir?

7 Juni 2024   05:48 Diperbarui: 7 Juni 2024   05:49 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sikap Konsumen.

Bila dicermati, prilaku konsumen dalam menyikapi godaan kasir tersebut, beragam. Ada yang cuek saja,  begitu kasir menggoda, konsumen  diam saja, hanya bilang "tidak dik/mbak/mas, saya hanya mau beli ini. Ada  juga yang mulai terusik dengan godaan kasir tersebut, dengan berucap, maaf dik/mbak/mas saya mau cepat, keburu waktu. Ada yang tergoda, dengan bertanya lebih lanjut, apa kelebihan barang ini dibandingkan dengan  barang yang saya ambil/beli ini?, dan berbagai pertanyaan lain, sehingga konsumen tersebut bisa membeli dan bisa juga tidak. Ada juga yang langusng tergoda, misalnya pada konsumen  mau membayar katakanlah "sabun' yang dibelinya, begitu sampai dihadapn kasir, kasir menggoda, pak/buk, ini ada sabun merek "A" harganya lebih murah,membeli dua memperoleh tiga, atau barang yang diperoleh konsumen tiga unit, hanya  cukup  membayar  dengan harga dua unit barang saja. Sehingga, konsumen tersebut tergoda dan dengan serta merta membatalkan membeli "sabun" merek tertentu yang sudah diambil/dibeli-nya tersebut dengan beralih ke sabun merek "A".

 

Apa yang harus dilakukan?

Jika konsumen menghadapi kondisi seperti ini atau menghadapi fenomena yang terjadi tersebut, konsumen harus bersikap, tinggal apakah konsumen bersikap/bertindak rasional atau bersikap/bertindak tidak rasional.

Jika konsumen bertindak tidak rasional, konsumen tersebut tidak berpikir lagi, begitu ada tawaran atau godaan kasir, konsumen tersebut dengan serta merta langusng tergoda atau langsung membeli atau menambah barang lain yang sejenis dengan barang yang sudah dibelinya sebelumnya. Bahkan,  bisa saja konsumen tersebut tanpa mempertimbangan rencana semulanya  dan tanpa mempertimbangkan anggaran atau uang yang dimilikinya saat itu.

Jika ini yang terjadi, bisa saja konsumen tersebut,  begitu pulang ke rumah baru terasa bahwa uang nya suudah habis, padahal uang sisa dari berbelanja tersebut akan digunakan konsumen untuk membeli barang lain atau untuk keperluan lain. Akhirnya, konsumen "pusing" sendiri, kasihan!

Jika konsumen bertindak rasional, konsumen tersebut lebih menonjolkan aspek kebutuhan ketimbang aspek keingan atau letimbang aspek godaan  kasir. Bagi konsumen yang menyikapinya secara rasional,  maka ia akan berhati-hati, ia akan mempertimbanhkan anggaran atau uang yang dimilikinya, ia akan mempertimbangkan aspek kebutuhan atas barang yang ditawarkan kasir pada saat menggoda konsumen tersebut.

Konsumen yang bersikap rasional, konsumen tersebut, hanya akan menjadi pendengar setia pada saat kasir mau menggoda, barang yang ditawarkan kasir pada saat konsumen mau membayar barang yang dibelinya  di meja kasir, ia hanya mendengarkan saja dan langsung menolak, dengan  berkata, maaf dik/mbak/mas saya tidak membeli barang itu, yang saya beli barang ini saja.

Berdasarkan hasil pantauan saya pada  saat berbelanja  pada salah satu gerai, pada saat konsumen antri untuk membayar barang yang dibelinya, sebagian besar tergoda dengan barang yang ditawarkan kasir tersebut. Dari 5 orang konsumen antri, 2 dari mereka tergoda atau tertarik untuk membeli barang yang ditawarkan kasir yang berada disekitar meja kasir tersebut.

Ini menunjukkan 40 persen lebih, konsumen dapat dinyatakan tergoda dengan tarawan kasir, atau dapat tergoda hasil godaan kasir. Jika diasumsikan konsumen yang antri 100 orang pada beberapa saat. Artinya setidaknya akan ada 40 orang yang bisa saja tergoda dengan barang yang ditawarkan kasir atau barang hasil godaan kasir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun