Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Selama Memesrai Momentum Ramadan Gairah Pelaku Bisnis Bergulir Terus sampai Tibanya Hari Raya

14 Maret 2024   07:06 Diperbarui: 22 Maret 2024   16:46 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedagang makanan menggelar dagangan takjil di samping Pasar Bendungan Hilir, Jakarta, Rabu (8/5/2019) (KOMPAS.com/Garry Lotulung)

oleh Amidi

Sebagaimana pengalaman tahun-tahun lalu, para pelaku bisnis, baik skala kecil maupun skala besar, berlomba-lomba melakoni bisnisnya, mulai masuknya bulan Ramadan hingga menjelang hari raya Idulfitri tiba. 

Di kalangan mereka sangat terlihat kegairahan dalam mempersiapkan segala sesuatunya dalam melakoni unit bisnisnya, mulai dari persiapan akan melaksanakan bisnis (bagi yang baru memulai) sampai pada memperbanyak stok barang yang akan mereka jual.

Pelaku bisnis di negeri ini, tak terkecuali di negeri seberang sana yang umat muslimnya relatif banyak pun demikian, begitu mulai masuknya bulan Ramadan, kental sekali kegiatan untuk "memesrai" unit bisnis yang mereka jalankan tersebut.

Memesrai Demi Cuan.

Kegiatan me-mesra-i unit bisnis yang mereka lakukan, terlihat dari indikator kegairahan mereka dalam menjalankan unit bisnisnya. Pedagang kecil atau pedagang kaki lima (K-5), begitu mulai masuknya, beberapa hari sebelum datangnya bulan Ramadan, mereka sudah mempersiapkan meja dan kelengkapan lainnya untuk menggelar barang dagangannya.

Begitu juga dengan pelaku bisnis skala besar, malahan jauh-jauh hari mereka sudah mulai mempersiapkan kondisi unit bisnisnya yang disulap bernuasa Ramadan atau bernuansa Islami, memperbanyak stok barang-barang yang akan dijualnya bahkan ada yang sudah siap dengan menambah pelayan untuk melayani konsumen yang akan berbelanja. Kesemua itu dilakukan mereka demi mengejar "cuan" musiman tersebut.

Memburu Konsumen.

Kegiatan me-mesra-i unit bisnis tersebut, tidak hanya berhenti di sana saja, tetapi mereka dengan serta merta melakukan berbagi langkah atau strategi bisnisnya, untuk lebih banyak lagi menggaet konsumen atau pelanggannya.

Untuk memburu konsumen atau pelanggan, pelaku bisnis, baik skala kecil maupun skala besar berlomba-lomba melakukan langkah atau strategi bisnisnya yang mereka dapat lakukan. 

Ada yang melakukan strategi bisnis dari sisi produk/barang yang akan mereka tawarkan, ada yang melakukan bisnis dari sisi harga yang akan mereka berlakukan, ada yang melakukan strategi bisnis dari sisi promosi yang akan mereka lakukan dan ada juga yang melakukan strategi bisnis dari semua sisi sekaligus.

Dari sisi produk, mereka mulai memperbanyak ragam produk yang akan mereka jual, mereka meramu produknya agar sesuai dengan keinginan konsumen, misalnya adanya penjualan makanan/minuman yang dikemas dalam bentuk "parcel", menyediakan baju atau kelengkapan kalangan umat Islam.

Bagi yang bisnisnya menjual baju atau pakaian, mereka menyediakan berbagai paket makanan/minuman, bagi pelaku bisnis yang melakoni bisnisnya dibidang kuliner (hotel dan restoran), dan masih banyak lagi strategi produk yang mereka lakukan yang kesemuanya demi menggaet konsumen atau pelanggan sebanyak-banyaknya.

Dari sisi harga, mereka berlomba-lomba menetapkan harga yang dapat menggoda konsumen, bagi pelaku bisnis yang mengusahakan gerai ritel modern, mereka berlomba-lomba menawarkan diskon (discount), "tebus murah", beli satu dapat dua, beli dua dapat tiga, mengemas produk/barang yang dijualnya dalam bentuk harga paket, dan seterusnya.

Kemudian, di kalangan pelaku bisnis akan ramai menawarkan harga paket, baik bagi pelaku bisnis skala besar maupun pelaku bisnis skala kecil dan atau pedagang K-5. Misalnya; paket membeli satu mendapatkan dua unit, hanya cukup dengan membayar harga satu unitnya, membeli 10 cukup membayar dengan harga 9 unit saja, dan berbagai harga paket lainnya.

Dari sisi promosi, mereka melakukan strategi promosi yang dapat menggiring konsumen untuk tergoda yang pada akhirnya jatuh cinta untuk membeli. Seperti yang sebelumnya saya sinyalir, bahwa pelaku bisnis berlomba-lomba memanfaatkan monentum Ramadan dengan "menjual Ramadan". 

Ada yang membuat konten iklannya dengan ucapan Ramadan; "Selamat Menjalankan Ibadah Puasa". Ada yang menghias etalase atau ruang bisnisnya dengan nuansa Ramadan atau nuansa Islami; memajang "beduk", membuat miniatur ka'bah, membuat disply suasana Ramadan atau suasana Islami, dan seterusnya dengan tujuan agar semua mata memandang dan agar konsumen terbawak ke suasana Ramadan atau suasana Islami. Strategi ini dilakukan semua pelaku bisnis yang ada, baik pelaku bisnis muslim maupun pelaku bisnis non muslim.

Menambah Jam Buka.

Jika pelaku bisnis skala kecil atau pelaku bisnis dadakan di bulan Ramadan hanya buka sore hari sampai menjelang waktu berbuka, mulai buka sekitar jam 16.00 WIB sampai dengan jam 19.00 WIB, karena mereka hanya "meng-hunting" di kampung-kampung, konsumen yang akan membeli kebutuhan makanan/minuman untuk kebutuhan berbuka puasa saja.

Namun, lain hal dengan dengan pelaku bisnis skala besar yang terkadang menambah jam buka. Pelaku bisnis skala kecil pun ada yang menambah jam buka tersebut, namun tidak banyak. 

Misalnya; Mal biasanya buka dari pukul 10,00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB, sepanjang Romadhon mereka menambah jam buka sampai buka larut malam. Bahkan ada yang membuka unit bisnisnya sepanjang hari (24 jam).

Dalam praktiknya pun sering kita jumpai, pada hari-hari biasa gerai ritel modern, supermarket dan mal biasanya diperbolehkan buka jam 10.00 WIB, terkadang dalam menyambut Ramadan ini mereka buka lebih awal, terlepas jam buka tersebut melanggar ketentuan atau tidak.

Antisipasi Konsumen Membludak.

Biasanya berdasarkan pengalaman tahun-tahun lalu, konsumen mulai ramai berbelanja seminggu menjelang bahkan puncaknya dua-tiga hari menjelang tibanya hari raya Idulfitri. 

Nah, biasanya pelaku bisnis yang melakoni bisnisnya tersebut mulai kewalahan melayani konsumen yang mulai ramai dan atau "berjubel" tersebut, sampai-sampai jalan pun ikut macet.

Untuk mengantisipai hal-hal yang tidak diinginkan, maka perlu adanya perhatian dan campur tangan pihak yang berwenang dalam mengatur atau menciptakan kondisi kondusif di pasar. 

Setidaknya harus ada petugas yang disebar di pasar-pasar oleh dinas perdangangan, BP POM atau dinas terkait serta pihak pengamanan (PolPP atau pengamanan lainnya), agar dapat mengamankan jalannya transaksi di pasar yang ada.

Tidak hanya pelaku bisnis yang perlu dilindungi atau merasakan aman tersebut, tetapi konsumen pun demikian. Untuk itu petugas keamanan atau pihak-pihak yang terlibat dalam penertiban pasar harus "sigap" menjalankan tugasnya. Berikan kepastian keamanan, agar pekaku bisnis dan konsumen benar-benar tenang dan terjamin keamanannya.

Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah bukan hanya mengamankan kondisi pasar saja, tetapi petugas pun sekaligus dapat memantau stok dan keamanan serta kesehatan barang-barang, utamanya makanan/minuman yang dijual para pelaku bisnis tersebut. 

Jangan sampai ada yang mengambil kesempatan dalam kesempitan, menjual makanan/minuman yang sudah kadaluarsa (expired), menjual makanan yang tidak sehat, dan menjual makanan yang tidak layak jual lainnya. Ini penting agar pelaku bisnis dan konsumen sama-sama merasa better off atau merasa merasa senang. Semoga, Semoga, Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun